KEHANCURAN BABEL (WAHYU 17:1-18:24)
PENDAHULUAN
Kitab
Wahyu adalah kitab paling akhir dalam Alkitab. Kata Wahyu adalah merupakan
terjemahan dari bahasa Yunani αποκαλυψις (apokalupsis) yang artinya dalam
bahasa Inggris adalah revelation, yang dapat diuraikan dalam artian bahasa
Indonesia sebagai “pernyataan-pernyataan” atau “wahyu”. Dalam pengertian Alkitabiah,
maka wahyu dapat diartikan sebagai pernyataan-pernyataan Allah pada manusia,
yang diberikan melalui Rasul Yohanes tentang suatu keadaan di akhir jaman
(Wahyu 1:1). Kitab Wahyu ini ditulis pada masa pemerintahan kekaisaran Romawi,
yang mana pada jaman itu seluruh penduduk dalam wilayah kekaisaran diwajibkan
untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada kaisar-kaisar yang menganggap
diri mereka sebagai dewa. Orang-orang yang menolaknya akan disiksa, dianiaya,
dan bahkan dijatuhi hukuman mati dengan berbagai cara yang kejam. Situasi ini
membuat jemaat Kristen pada masa itu berada dalam tekanan besar. Keyakinan
mereka akan pemerintahan Allah didunia ini mulai terguncang. Penulis kitab
Wahyu, yang diyakini adalah Rasul Yohanes sendiri oleh banyak orang (walaupun
masih ada perdebatan dari para penafsir), menerima pesan khusus dari Allah
untuk menjawab pergumulan umat Kristen pada jaman itu. Namun walaupun
sebenarnya kitab ini sangat kuat mengacu pada akhir jaman, rupa-rupanya oleh
karena kondisi yang berlaku pada masa itu, maka banyak pula yang mengartikan
nubuatan itu akan digenapi pada masa kekaisaran Romawi, akan tetapi ini adalah
tidak benar. Walaupun pesan ini ditujukan pada 7 jemaat di wilayah Asia Kecil,
namun sebenarnya pesan ini adalah bagi seluruh umat Kristen di segala jaman.
Isi dari pesan dalam kitab Wahyu ini terutama berisi tentang 3 hal sebagai
berikut : (disadur dari Alkitab Edisi Studi – LAI)
1.
Dunia penuh dengan kejahatan dan jemaat Kristen
mungkin harus menderita dan bahkan mati sebelum peristiwa pengangkatan
2.
Yesus adalah Tuhan, dan Ia akan menaklukkan
seluruh umat manusia dan semua kekuatan yang melawan Allah
3.
Upah yang berlimpah dianugerahkan pada umatNya,
terutama bagi mereka yang kehilangan nyawanya demi Dia
Ketiga
hal inilah yang merupakan pesan utama dalam kitab Wahyu, yang meneguhkan jemaat
Kristen yang sedang mengalami penganiayaan hebat karena iman mereka, pada masa
itu.
Karena
kitab Wahyu dipenuhi dengan nubuatan-nubuatan (profetis) yang uraiannya
seringkali merangsang imajinasi kita, maka penafsiran dalam kitab Wahyu
hendaknya dilakukan secara literal (dalam artian normal) untuk menghindari
penafsiran yang keluar jauh dari konteks yang sebenarnya. Penafsiran secara
preteris (lampau) dan presentis (saat ini) hanya dapat dilakukan dalam skala
kecil saja sesuai kebutuhan untuk ayat-ayat tertentu.
EKSPOSISI
Pasal 17:1-2
Yang
perlu dicermati dalam ayat-ayat ini adalah istilah “pelacur besar” dan “yang
duduk ditempat yang banyak airnya.”Istilah “pelacur besar” ini mengacu pada Babel
yang dapat diidentikkan dengan Romawi pada jaman itu. Di dalam Perjanjian Lama, nama Babel
senantiasa melambangkan pemberontakan terhadap Allah dan kekacauan (Kej 11:9).
Babel adalah kerajaan yang berhasil menaklukkan Yehuda (2 Raj 24), danbersama
Nebukadnezar, dimulailah masa pemerintahan orang-orang bukan Yahudi (Yer 27). Sedang
pada jaman itu, Romawi
yang merupakan pemerintahan non Yahudi pula dan yang dipenuhi dengan kejahatan serta
kemaksiatan dalam setiap bidang kehidupannya, yakni dalam politik, keagamaan,
perdagangan, dsb., dapat disetarakan dengan Babel pada jaman PL. Para raja dan
bahkan rakyat biasa yang hanyut dalam kejahatan dan kemaksiatan, digambarkan
telah berbuat cabul dengan “pelacur besar” tersebut dan bahkan mabuk (terbuai)
oleh anggur (kenikmatan) percabulannya. Jadi istilah “Pelacur Besar”, “Babel”
ataupun “Romawi” dapat ditafsirkan sebagai suatu lambang sistem dunia yang
dikuasai Iblis dan menyatakan kejahatannya dipelbagai bidang kehidupan. Percabulan
(perzinaan) dalam hal ini adalah juga termasuk keKristenan yang murtad. Dalam
Alkitab, kata pelacuran dan perzinaan kerap dipakai secara kiasan, yang biasanya
menunjuk kepada kemurtadan agama dan ketidaksetiaan kepada Allah, dan
menandakan suatu umat yang mengaku melayani Allah, sedangkan dalam kenyataannya
menyembah dan melayani ilah-ilah lain. Sedangkan mereka yang disebut sebagai yang duduk
ditempat yang banyak airnya, ternyata belakangan disebut sebagai “bangsa-bangsa
dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa" (Wahyu 17:5). Disini kita jumpai
bahwa Alkitab menafsirkan diriNya sendiri tanpa kita harus campur tangan untuk
menafsirkannya.
Pasal 17:3-6
Roh Yohanes
dibawa untuk menyaksikan hal-hal yang akan terjadi pada akhir jaman tersebut. Kata
dibawa tersebut berasal dari kata Yunani αποφερω (apofero) yang berarti adalah
dibawa dengan paksa ke ερημος (eremos)
atau dalam bahasa Inggrisnya wilderness yang berarti hutan belantara, tempat
sunyi, atau padang gurun. Lalu Yohanes melihat seorang perempuan yang duduk
diatas seekor binatang. Perempuan ini ditafsirkan sebagai perempuan yang sama dengan
yang disebut dalam ayat 1 yakni sang pelacur besar tersebut. Perempuan ini
digambarkan mabuk oleh darah orang-orang kudus dan saksi-saksi Kristus. Pada
jaman itu kondisi ini memang berlaku, dimana orang-orang Kristen mendapatkan
banyak sekali aniaya dari Romawi, sehingga banyak darah orang Kristen mencucur
dalam mempertahankan imannya kepada Kristus, yang mana menyebabkan Romawi
(pelacur besar) itu mabuk dalam kepuasan atas kemenangan mereka yang sifatnya
sementara itu. Hal inipun masih benar-benar relevan apabila dikaitkan pada masa
akhir jaman, seperti yang memang dimaksudkan dalam kitab ini.
Pasal 17:7-14
Didalam
pasal-pasal ini dijelaskan secara gamblang tentang kiasan-kiasan yang telah
disebutkan terdahulu. Penjelasan-penjelasan ini tentunya mengacu pada
eskatologi (akhir jaman), namun dapat dikaitkan dengan kondisi yang berlaku
pada jaman itu. Yang menjadi penting untuk dimengerti dalam penggalan pasal ini
(ayat 7-14) adalah tidak menjelaskan kejadian kronologis dengan ayat-ayat
sebelum dan sesudahnya. Penggalan pasal ini hanya menjelaskan tentang
kiasan-kiasan yang telah diberikan terdahulu, namun kejadian kronologisnya
terputus dengan penjelasan tersebut, dan dilanjutkan kembali pada ayat 15. Hal
ini dapat dilihat dalam ayat 14, dimana menggambarkan peperangan akhir antara
Anak Domba (Kristus) dengan antikris yang kronologisnya akan terjadi kemudian.
Peperangan yang diuraikan dalam ayat 14 ini tidak menggambarkan peperangan
dalam rangka kehancuran Babel. Namun dari penjelasan-penjelasan dalam ayat-ayat
ini, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tokoh binatang yang berkepala tujuh
dan bertanduk sepuluh itu adalah penggambaran atau kiasan dari antikris, yang
akan menghadapi peperangan akhir dengan Kristus, sebelum kerajaan 1000 tahun,
yang mana tentunya kemenangan akan ada di pihak Kristus (ayat 14).
Pasal 17:15-18
Ayat-ayat
ini kembali menceritakan tentang kehancuran Babel. Sebagai penekanan, perlu
diketahui bahwa binatang bertanduk sepuluh itulah yang justru akan
menghancurkan Babel (pelacur besar itu) seperti tersebut dalam ayat 16. Yaitu binatang
yang ditengarai adalah sebagai sang antikris. Disini kita dapat melihat
kepalsuan dari antikris tersebut, dimana semula dialah yang menggendong
(menopang) pelacur besar tersebut, namun kemudian dia pulalah yang
menghancurkannya, sebagai upaya untuk menyesatkan manusia. Ia bertindak
seolah-olah telah menjadi penolong bagi manusia, namun dibalik semua itu, ia
berupaya untuk mendapatkan tahta Allah (2 Tesalonika 2:1-4). Namun semua ini
telah digariskan oleh Allah, bahwa semua itu diijinkan untuk terjadi. Allah
telah menerangi hati kesepuluh tanduk (kesepuluh raja-raja tersebut) untuk
memberikan pemerintahan mereka pada binatang tersebut, hingga tergenapinya
Firman Allah (ayat 17). Jadi pada suatu waktu tertentu selama masa pemerintahan
antikris, pelacur itu akan dibenci oleh antikris dan para pendukungnya, dan
mereka akan membinasakan pelacur besar itu beserta lembaga-lembaganya. Ini
sebenarnya adalah merupakan penghukuman Allah terhadap sistem dunia yang
menolak kebenaran Allah di dalam Kristus. Hal ini ditengarai akan terjadi pada
pertengahan masa tujuh tahun kesengsaraan itu (pertengahan masa tribulasi),
ketika binatang itu menyatakan dirinya sebagai allah dan menuntut semua orang
untuk menyembahnya (saduran dari Sabda).
Pasal 18:1-19
Dalam
pasal ini dinyatakan bahwa seorang Malaikat telah memaklumkan kehancuran Babel.
Pasal ini juga adalah merupakan suatu panggilan nubuat dari Allah untuk keluar
dari Babel yang besar, karena orang-orang yang tinggal didalam sistem yang
tidak mengenal Allah ini sudah pasti akan mengambil bagian dalam dosa-dosanya,
sehingga turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Panggilan untuk memisahkan
diri dari dunia dan lembaga-lembaga yang sesat telah menjadi aspek yang penting
dari keselamatan manusia di sepanjang sejarah penebusan. Perlu diingat bahwa
panggilan keselamatan ini bukanlah panggilan untuk gereja, karena pada masa
tribulasi ini gereja telah diangkat oleh Allah (sesuai doktrin Pre Tribulasi). Penderitaan
dan kesengsaraan yang menimpa Babel itu, akan setara dengan gaya hidupnya yang
memuliakan dirinya sendiri dan penuh kemewahan. Para pengusaha yang kaya, berkuasa,
dan tidak mengindahkan moral, yang menolak Allah dan yang menumpuk kekayaannya
dengan merugikan orang lain, dalam satu hari saja, sebuah penggambaran rentang waktu
yang sangat singkat, akan mengalami kehancuran. Semua orang yang terutama
memperhatikan uang, kemewahan, kepuasan dan kesenangan akan menangis dan
berkabung, karena ilah kehidupan mereka dihancurkan. Di sini dengan jelas Allah
menunjukkan kebencian-Nya terhadap usaha dan pemerintahan yang dilandaskan atas
dasar ketamakan dan kuasa yang bersifat menjajah. Ia menentang setiap orang
yang memburu kekayaan, kedudukan dan kesenangan, bukannya nilai-nilai kebenaran
dari Yesus Kristus. Mereka yang hidup dalam kemewahan dan kesenangan yang
mementingkan diri sendiri akan diruntuhkan oleh murka Allah.
Pasal 18:24
Semua
orang saleh di sorga dan di bumi bersukacita atas hukuman Allah yang benar
terhadap sistem kejahatan Iblis yang besar dengan segala bentuk perwujudan
kejahatannya, yakni antara lain adalah kesenangan dalam dosa, kemewahan yang
mementingkan diri sendiri, pemerintahan manusiawi dan perdagangan yang fasik. Tentunya
perayaan orang kudus di sorga yang penuh dengan kegembiraan itu, adalah
seimbang dengan kesedihan yang pernah mereka alami, yakni disaat kemenangan
kejahatan terjadi dalam dunia ini. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa
kehancuran “Babel” ini adalah merupakan karya Allah, walaupun dalam
pelaksanaannya Ia menggunakan tangan musuh Allah sendiri untuk melakukannya
yakni antikris beserta antek-anteknya (pasal 17:17). Juga perlu ditandaskan
bahwa penafsiran-penafsiran atas istilah-istilah dan kondisi-kondisi dalam
pasal ini dapat diartikan secara literal (normal), namun tentunya dengan
memperhatikan kondisi yang berlaku pada saat nubuatan tersebut terjadi. Sebagai
contoh jenis-jenis alat musik seperti kecapi, seruling dan sangkakala yang
disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, tentunya dapat dikembangkan kepada
alat-alat musik modern yang ada pada jaman ini ataupun jaman penggenapan
nubuatan tersebut.
KESIMPULAN
Dalam
pembahasan latar belakang (pendahuluan) beserta eksposisi dari pasal-pasal
tersebut diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Kitab Wahyu adalah kitab nubuatan (Profetis),
penggenapannya bukan di masa lalu (Preteris) ataupun masa kini (Presentis).
Penceritaan kejadian yang berlaku di masa lampau atau masa kini hanyalah
sebagian kecil saja dari isi kitab ini.
2.
Melalui kitab Wahyu, khususnya dalam pasal 17,
umat Allah diingatkan untuk tidak mudah tertipu oleh muslihat iblis, yang dapat
saja menipu dengan liciknya melalui peristiwa penghancuran Babel (pelacur
besar) oleh antikris, walaupun semua itu telah digariskan oleh Tuhan sendiri.
Jadi tujuan utama adalah untuk mempermuliakan Tuhan saja, bukannya terjebak
untuk menyembah antikris tersebut yang seolah-olah telah menghancurkan Babel
demi kebaikan manusia.
3.
Tetap setia didalam Tuhan dan mengikuti jalan
kebenaranNya.
Demikianlah
eksposisi dari Kitab Wahyu pasal 17 dan 18 dari kelompok kami. Semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar