Kamis, 20 Februari 2014

Eksposisi (MAZMUR 119:1-176)

KASIH KEPADA TUHAN DAN KEPADA TAURAT-NYA (MAZMUR 119:1-176)

Mazmur ini merupakan renungan tentang Taurat yang panjang lebar, tajam dan penuh rangsangan. “Taurat” dalam PL tidak sama dengan Legalisme orang farisi. Kata Ibraninya adalah Tora, berarti “pengajaran’, Kehendak Allah seperti itu telah dinyatakan kepada Israel, Pendidikan penuh kasih dari orang tua (Amsal 4:1,2). Mazmur ini mengakui pola akrostik: Masing-masing dari 22 huruf abjad Ibrani dijadikan huruf awaldari delapan ayat dalam kelompok-kelompok yang beraturan. Gaya utamanya adalah pengulangan dari delapan kata yang sama artinya tentang kehendak Allah : taurat (tora) ‘Pengajaran’ yang menekankan betapa Allah sudah memberitahukan kebenaran-Nya dalam komunikasi lisan, sama seperti seorang guru atau orang tua biasanya berlaku.
Ayat 1-8 , Sama halnya seperti dalam mazmur pertama orang yang hidu menurut Taurat TUHAN dikatakan berbahagia, asal saja hidupnya, harafiah jalannya-tulus dan kehendak Allah dicari dengan segenap hati/dengan hati yang jujur. Sejajar dengan taurat pemazmur menggunakan tujuh istilah lain, yaitu peringatan-peringatan (atau kesaksian; istilah ini datang dari pengadilan dimana orang bersaksi dan diperingatkan agar jangan bersalah – dipakai 23 kali), titah (dari kata kerja memeriksa, menentukan, memperhatikan, dipakai 10 kali), perintah-perintah (dipakai 16 kali dari kata tsawah, memerintah, menyuruh), hukum-hukum (dalam arti dasar keputusan hukum, ibrani misypatim dipakai 19 kali), juga Firman (Ibrani dabar berarti perkataan dan perbuatan, 15 kali). Kata  jalan  dipakai 13 kali dan sering diterjemahkan dengan hidup atau petunjuk. Semuanya itu dipegang, diajar, dicintai dirindukan, diingat, tidk dilupakan, direnungkan dan dipuji. Perbedaan antara kedelapan istilah ini tidak jelas. Yang menarik adalah kenyataan bahwa semuanya. Yang menarik adalah kenyataan bahwa mereka semua hampirselalu dilengkapi dengan kata ganti Tuhan : Taurat-Mu, titah-titah-Mu dan sebagainya.
            Ayat 9-16, Bagaimanakah seorang muda hidup secara murni? Inilah pokokpengajaran guru kebijaksanaan dan menurut kitab ulangan: “Firman Allah sangat dekat padamu didalam hatimu untuk dilakukan” ( Ulangan 30 :14) hukum-hukum Allah itu pertama-tama haruslah dikenal, diceritakan, seperti kesepuluh Firman dihitung dengan sepuluh jari dalam usaha menghafalkannya. Tujuannya bukanlah untuk memperoleh suatu keterampilan, melainkan kegembiraan hati yang lebih berharga lagi.
            Ayat 17-24, Pemasmur beranjak ke suatu pertanyaan yang mendasar lagi; dapatkah ia hidup? Ia merasa asing di dunia dimana orang-orang yang berkuasa mengajar nilai-nilai yang bertantangan dengan Firman Allah. Dengan penuh kesombongan (LAI: “kurang ajar”) mereka mengejar harta dengan menindas orang-orang biasa dan dan melanggar hukum dan melanggar hukum yang melindungi si kecil; dengan penuh keberanian mereka mengesampingkan orang-orang yang mempertahankan martabat sesamanya. Memandang perkembangan masyarakat pemazmur minta tolong: kiranya Allah mempertahanan kesempatan hidup baginya, membuka matanya agar ia mengerti bahwa Taurat sedang mengerjakan perubahan melebihi cita-cita orang
            Ayat 25-32, dalam doa minta tolong ini pemazmur meceritakan jalan-jalan hidupnya. Bagaimana dia diperlakukan secara kejam sampai hampir mati – dan dimintanya firman Alah yang menyelamatkan. Orang yang dibebaskan itu ingin mengerti petunjuk titah Tuhan: ia hendak mengikuti jalan kebenaran dan menolak dusta.
Ayat 33-40, persoalan bait ini ialah dijalan manakah orang yang memperoleh hidup? Jawaban jelas: bukan diman orang mengejar laba atau mencari untung yang sebesar mungkin melainkan dijalan yang ditunjuk Tuhan dan diikuti sampai saat terakhir atau sampai tujuannya, yaitu sampai berhasil. Pada pokoknya harta itu sia-sia, karena tidak dapat menjamin hidup; keadilan Tuhan sajalah yang menciptakan hubungan baik, lepas dari cela dan gentar. Itu sebabnya perintah TUHAN patut disukai. Yang dikatakan pemazmur dari sudut perseorangan kini makin hangat: dengan mengejar untung melalui teknologi dan kuasa manusia sedang membahayakan hidupnya sendiri dan hidup makluk-makluk lain.
Ayat 41-48, dalam menghadapi tantangan dari sekitarnya ada hal yang dipegang teguh oleh si pemazmur, yakni dia yang akan menberi jawab kepada orang yang mencela dia, hanya apabila Tuhan memberi Firmn-Nya kedalam mulut hamba-Nya itu, maka ia sanggup berbicara didepan pemerintah-pemerintah/raja-raja dan tidak mendapat malu. Ia hanya dapat bertahan bila Tuhan datang mendatangi dia dalam kasih setia, keselamatan dan segala bentuk Firmannya (Mat 10-19-20). Ia menaruh harapannya atas keputusan hukum yang telah TUHAN berikan dahulu  dan yang akan diberi-Nya lagi supaya ia dapat hidup dalam kelegaan,  dengan ruang gerak yang luas. Disitu ia mengangkat tangan untuk berdoa kepada TUHAN.
Ayat 49-56, Pemazmur tertekn: Ia menderit sengsara, dicemooh, diolok-olokkan oleh orang sombong yang merasa lebih pandai. Diantara penentang terdapat orang-orang seagama yang telah meninggalkan taurat dan menyangkal bahwa Tuhan bertindak (ini arti kata “fasik”). Dalam situasi ini, dimana ia merasa asing di negerinya sendiri, ia minta tolong: Tuhan telah memanggil dia sebagai hamba-Nya dalam satu janji yang memberikan kekuatan hidup padanya. Ia tidak pernah meninggalkan jalan itu, malam pun ia ingat nama TUHAN, TUHAN pun mengingat janji-Nya itu.
Ayat 57-64, Sama seperti para imam dan suku lewi seluruhnya tidak diberikan sebagian tanah di Israel, melainkan hidup “ dari TUHAN”, demikian pula pemazmur mengaku bahwa TUHAN adalah bagian warisannya (Maz 16:5), dalam arti bahwa ia hendak hidup menurut kehendak Allah dan semua yang bertentangan dengannya dianggap haram. Namun pemasmur tidak membanggakan diri.  Tetapi pemazmur tetap mohon belas kasihan Ay 58, dengan suatu upacara pemberian korban dan permohonan belas kasihan Allah (Mal 1:8-9) sekalipun pemasmur terancam, ia berusaha memegang Taurat, bersekutu dengan prang-orang yang memiliki tingkah laku yang sama, menghormati TUHAN, bersyukur ditengah malam  dan mengaku: “Bumi penuh dengan kasih setia-Mu”, pemazmur ingin menekankan kasih setia Tuhan. Pemazmur menemukan kesetiaan Allah terhadap orang-orang-Nya di segala situasi.
Ayat 65-72, “kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rom 8:28) inilah pengalaman pemazmur : “Engkau baik dan berbuat baik.” Dalam perintah Allah pemazmur merasa tentram (dari akar yang sama dengan Arab/Indonesia aman). Pernah ia menyimpang, tetapi pengalaman itu pahit.  Tuhan mengajarkan kebijaksanaan (perngertiannya tentang arti hidup). Dengan segenap hati ia belajar ajaran (ibrani torot) yang keluar dari mulut Allah.
Ayat 73-80, Pemazmur berdiri di hadapan khalik dan meminta pengertian kepada-Nya (Ul. 32:6). Ia sadar bahwa Allah memberikan keputusan yang adil,  sekalipun ia merasa tertindas karenanya; namun juga menyadari bahwa ia aman (setia dari akar kata aman). Dan Tuhan tetap menunjukan kasih setia-Nya, sifat yang memungkinkan persekutuan antar orang dewasa, dan rahmat, sifat orang tua kepada anak kecil yang disayanginya. Itu sebabnya, bersama orang lain yang menghormati Tuhan (takut berarti “mengaku kewibawaan, menghormati”), ia bersukacita  dan hidup dengan hati yang tulus, yang seutuhnya tertuju kepada Tuhan.
Ayat 81-88, pemazmur minta tolong: ia merasa seperti kirbat yang tergantung di dapur, yang kulitnya kering dan mudah sobek. Orang-orng sombong dan berkuasa menggali lobang baginya dan mengejar dia. Pemazmur minta keputusan hukum agar lawannya dinyatakan bersalah dan ia sendiri selamat, dihidupkan dalam persekutuan kasih setia dengan Allah dan terhibur.
Ayat 89-96, Pemazmur memuji Allah yang menjadikan bumi sehingga ia berdiri tetap turun-temurun (Maz 24:2) dan juga memberikan Taurat-Nya (maz 19:2-7) Ferman-Nya yaitu perkataan dan tindakan-Nya-berdiri di sorga, disepan Allah; demikian juga kebijaksanaan menemani Allah pada ciptaan dan anak-anak manusia menjadi kesenangannya (Ams 8:23-31) demikian pula firman itu bersama-sama Allah dan didalamnya adalah hidup (Yoh 1:1-4) menurut keputusan Allah, segala sesuatu yang kini ada harus mengabdi pada-Nya dengan menyambut kedatangan-Nya, entah dengan memenuhi tugas yang Allah tentukan baginya dan diterangkan dalam taurat, entah menghadapi Dia bila ia menyatakan diri dalam alam dan sejarah.
Ayat 97-104, orang yang merenungkan dan menjelankan Taurat itu menjadi bijaksana, “roh yang didalam manusia dan nafas yang Mahakuasa itulah yang member padanya pengertian” (Ayb.32:8). Dalam kesadaran inilah Elihu menasihatkan Ayub dan pemazmur membanggakan Taurat sebagai jalan kebijaksanaan yang sempurna dan manis.
Ayat 105-112, kalau dalam mazmur Daud dalam 2 Samuel 22:29 kita dengar: “Engkaulah pelatiku, ya Tuhan, dan Tuhan menyinari kegelapanku” (Ayb 29:3), maka dalam mazmur ini hal yang sama dikatakan tentang Firman Allah (Ams 6:23 tentang perintah dan ajaran). Dalam hubungan dengan Allah firman yang tertulis dan firman yang langsung diterima daripadanya berhubungan: merenungkan Kitab suci membuka pengertian untuk menerima firman hidup dan menghindari salah paham berdasarkan keinginan hati sendiri. Orang yang percaya menempatkan diri dalam rentetan orang percaya secara turun temurun dan yakin bahwa firman yang disampaikan kepada angkatan yang lampau sama dengan firman yang kini Tuhan berikan.
Ayat 113-120, Pemazmur menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada TUHAN dan mencintai peringatan-peringatan-Nya (ay 119), ia bertentangan dengan orang yang bimbang hati, kadang mencarai TUHAN, kadang mencari para dewa ( 1 Raj. 18:21 dimana Ahab meninggalkan Tuhan untuk mengikuti baal) atau beribadah kepada TUHAN sekaligus melanggar hak yang Allah tetapkan untuk orang miskin (Yes 58:1-8), orang-orang senantiasa berkompromi antara keinginan sendiri dan kerelaan mengikuti kehendak Allah.
Ayat 121-128, mereka itu mengikuti jalan dusta dengan menyalahgunakan harta dan pengaruhnya, sehingga Taurat Allah yang menentukan masyarakat yang adil itu dirombak. Situasi sebegitu gawat sehingga waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan (Maz 102:14). Ternyata bahwa anggota umat Allah yang setia sedang tertekan dan dipinggirkan secara ekonomi oleh gelongan yang menggunakan hubungan internasional dan maju tanpa memperhatikan sebangsa yang lemah. Di hadapan Allah pemazmur sadar bahwa ia seorang hamba yang walaupun hidup didalam cinta akan perintah Allah ddan hidup jujur masih memerlukan pendidikan.
Ayat 129-136, Firman Allah seluhur Allah sendiri, karena keajaiban dikerjakan-Nya, yaitu hal-hal yang tidak terbayangkan orang. Sebagaimana wajah TUHAN bersinar demikian Firman-firman-Nya bersinar (ay 130 dan 135 dengan berkat Harun Bil 6:25). Ungkapan ini dapat ditafsirkan dengan terjemahan Ibrani kuno yang berbunyi demikian: “bila tersingkap/dinyatakan firman-firman-Mu member terang” ada penafsir yang mengerti “bila dibuka” kitab yang berisi firman-firman itu untuk dibacam, maka diterima pengertian/kearifan, bukan orang-orang bodoh melainkan oleh mereka yang belum berpengalaman (Mz 19:8). Bila kita hadapai situasi baru tanpa pegangan, kita akan bingung, kita tidak mengerti sikap orang lain dan tidak tahu bagaimana harus bersikap, sehingga kita mudah terpelincir. Sebaliknya kita berpegang pada firman Allah langkahnya akan teguh.
Ayat 137-144, Tuhan dan Taurat-Nya adil karena menciptakan hubungan adil/benar yang tahan uji (benar/aman). Sekalipun pemazmur merasa rendah dan menghabiskan tenaga karena terdorong cinta pada kehendak Allah, ia tetap meminta pengertian, karena disitulah terbuka jalan.
Ayat 145-152, Sebelum fajar ia merenungkan firman Allah. Tuhan menjawab: Ia dekat (Maz 145:18) dan pemazmur mengaku percaya.
Ayat 153-160, pertentangan antara pemazmur yang memegang taurat dan lawannya yang menyimpang dari padanya disamakan dengan perkara yang diadili dihadapan Allah. Ia hendak membela dan orang yang hidup tergantung pada janji, rahmat dan kasih setia-Nya; dengan ini ia menghidupkannya (Ay 154, 156 dan 159), yaitu menjamin hidupnya terhadap lawan dan member ruang gerak dalam hubungan dengan Allah dan sesame yang beriman.
Ayat 161-168, orang yang mencintai Feiman Allah akan hidup dengan tentram (Dalam damai sejahtera). Biar mereka ditindas, mereka tetap takut kepada Tuhan dan dibebaskan dari takut manusia. Perhatiannya terus menerus tertuju pada Tuhan ( tujuh kali sehari) dan pada taurat dicintainya. Mereka selalu menantikan keselamatan seperti penjaga malam menantikan pagi.
Ayat 169-176, pemazmur merasa dirinya seperti domba yang hilang; sekalipun ia mengenal jalan yang Tuhan tunjukan (Ay 3,9,33,35,37,39), ditengah-tengah lawannya ia sesat, kecuali Tuhan mencarinya untuk mengembalakannya (Yes 34:16). Dalam bagian penutup mazmur ini ia mengagungkan firman Allah dan menjelaskan bahwa kepatuhan kepada Taurat tidak mencukupi kecuali pemegannya hidup dalam persekutuan langsung dengan TUHAN. demikian juga kita perlu mengenal firman Allah dan mengertinya, tetapi kecuali Allah langsung membina kita, kita dapat hidup sebagai hamba-hamba-Nya.



KESIMPULAN
Pemasmur memiliki sikap yang berbeda dengan yang lain. Ia memilih Firman Allah sebagai pegangan hidupnya dan berulang-ulang mengalami bahwa melalui taurat, janji, ketetapan dan sebagainya Tuhan sendiri membuka jalan baginya. Dijalan itu ia merasa tentram; melalui firman Allah ia mengerti apa yang baik dan benar; karena ia memegang firman itu ia mengalami kesukaan, baik dikala seorang dari manapun dalam persekutuan dengan teman-teman seperjuangan dan ia memuji Tuhan bersama mereka. Mari kita semua belajar dari hal ini bagao mana hidup kita harus sepenuhnya bergantung pada Tuhan dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam hidup kita, melakukan firman-Nya dan menjadi berkat bagi banyak orang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar