KASIH KEPADA TUHAN DAN KEPADA
TAURAT-NYA (MAZMUR 119:1-176)
Mazmur ini merupakan renungan tentang Taurat yang
panjang lebar, tajam dan penuh rangsangan. “Taurat” dalam PL tidak sama dengan
Legalisme orang farisi. Kata Ibraninya adalah Tora, berarti “pengajaran’,
Kehendak Allah seperti itu telah dinyatakan kepada Israel, Pendidikan penuh
kasih dari orang tua (Amsal 4:1,2). Mazmur ini mengakui pola akrostik:
Masing-masing dari 22 huruf abjad Ibrani dijadikan huruf awaldari delapan ayat
dalam kelompok-kelompok yang beraturan. Gaya utamanya adalah pengulangan
dari delapan kata yang sama artinya tentang kehendak Allah : taurat (tora)
‘Pengajaran’ yang menekankan betapa Allah sudah memberitahukan kebenaran-Nya
dalam komunikasi lisan, sama seperti seorang guru atau orang tua biasanya
berlaku.
Ayat 1-8 , Sama halnya seperti
dalam mazmur pertama orang yang hidu
menurut Taurat TUHAN dikatakan berbahagia,
asal saja hidupnya, harafiah jalannya-tulus dan kehendak Allah dicari
dengan segenap hati/dengan hati yang jujur. Sejajar dengan taurat pemazmur
menggunakan tujuh istilah lain, yaitu peringatan-peringatan
(atau kesaksian; istilah ini datang dari pengadilan dimana orang bersaksi
dan diperingatkan agar jangan bersalah – dipakai 23 kali), titah (dari kata kerja memeriksa,
menentukan, memperhatikan, dipakai 10 kali), perintah-perintah (dipakai 16 kali
dari kata tsawah, memerintah, menyuruh), hukum-hukum (dalam arti dasar
keputusan hukum, ibrani misypatim dipakai
19 kali), juga Firman (Ibrani dabar berarti perkataan dan perbuatan,
15 kali). Kata jalan dipakai 13 kali dan sering diterjemahkan
dengan hidup atau petunjuk. Semuanya itu dipegang, diajar, dicintai dirindukan,
diingat, tidk dilupakan, direnungkan dan dipuji. Perbedaan antara kedelapan
istilah ini tidak jelas. Yang menarik adalah kenyataan bahwa semuanya. Yang
menarik adalah kenyataan bahwa mereka semua hampirselalu dilengkapi dengan kata
ganti Tuhan : Taurat-Mu, titah-titah-Mu dan sebagainya.
Ayat
9-16, Bagaimanakah seorang muda hidup secara murni? Inilah pokokpengajaran guru
kebijaksanaan dan menurut kitab ulangan: “Firman Allah sangat dekat padamu
didalam hatimu untuk dilakukan” ( Ulangan 30 :14) hukum-hukum Allah itu
pertama-tama haruslah dikenal, diceritakan, seperti kesepuluh Firman dihitung
dengan sepuluh jari dalam usaha menghafalkannya. Tujuannya bukanlah untuk
memperoleh suatu keterampilan, melainkan kegembiraan hati yang lebih berharga
lagi.
Ayat 17-24, Pemasmur beranjak
ke suatu pertanyaan yang mendasar lagi; dapatkah ia hidup? Ia merasa asing di
dunia dimana orang-orang yang berkuasa mengajar nilai-nilai yang bertantangan
dengan Firman Allah. Dengan penuh kesombongan (LAI: “kurang ajar”) mereka
mengejar harta dengan menindas orang-orang biasa dan dan melanggar hukum dan
melanggar hukum yang melindungi si kecil; dengan penuh keberanian mereka
mengesampingkan orang-orang yang mempertahankan martabat sesamanya. Memandang
perkembangan masyarakat pemazmur minta tolong: kiranya Allah mempertahanan
kesempatan hidup baginya, membuka matanya agar ia mengerti bahwa Taurat sedang
mengerjakan perubahan melebihi cita-cita orang
Ayat
25-32, dalam doa minta tolong ini pemazmur meceritakan jalan-jalan hidupnya.
Bagaimana dia diperlakukan secara kejam sampai hampir mati – dan dimintanya
firman Alah yang menyelamatkan. Orang yang dibebaskan itu ingin mengerti
petunjuk titah Tuhan: ia hendak mengikuti jalan kebenaran dan menolak dusta.
Ayat 33-40, persoalan bait ini
ialah dijalan manakah orang yang memperoleh hidup? Jawaban jelas: bukan diman
orang mengejar laba atau mencari untung yang sebesar mungkin melainkan dijalan
yang ditunjuk Tuhan dan diikuti sampai saat terakhir atau sampai tujuannya,
yaitu sampai berhasil. Pada pokoknya harta itu sia-sia, karena tidak dapat
menjamin hidup; keadilan Tuhan sajalah
yang menciptakan hubungan baik, lepas dari cela dan gentar. Itu sebabnya
perintah TUHAN patut disukai. Yang dikatakan pemazmur dari sudut perseorangan
kini makin hangat: dengan mengejar untung melalui teknologi dan kuasa manusia
sedang membahayakan hidupnya sendiri dan hidup makluk-makluk lain.
Ayat 41-48, dalam menghadapi
tantangan dari sekitarnya ada hal yang dipegang teguh oleh si pemazmur, yakni
dia yang akan menberi jawab kepada orang yang mencela dia, hanya apabila Tuhan
memberi Firmn-Nya kedalam mulut hamba-Nya itu, maka ia sanggup berbicara
didepan pemerintah-pemerintah/raja-raja dan tidak mendapat malu. Ia hanya dapat
bertahan bila Tuhan datang mendatangi dia dalam kasih setia, keselamatan dan
segala bentuk Firmannya (Mat 10-19-20). Ia menaruh harapannya atas keputusan hukum yang telah TUHAN berikan
dahulu dan yang akan diberi-Nya lagi
supaya ia dapat hidup dalam kelegaan, dengan ruang gerak yang luas. Disitu ia
mengangkat tangan untuk berdoa kepada TUHAN.
Ayat 49-56, Pemazmur tertekn:
Ia menderit sengsara, dicemooh, diolok-olokkan oleh orang sombong yang merasa
lebih pandai. Diantara penentang
terdapat orang-orang seagama yang telah meninggalkan taurat dan menyangkal
bahwa Tuhan bertindak (ini arti kata “fasik”). Dalam situasi ini, dimana ia
merasa asing di negerinya sendiri, ia minta tolong: Tuhan telah memanggil dia
sebagai hamba-Nya dalam satu janji yang memberikan kekuatan hidup padanya. Ia
tidak pernah meninggalkan jalan itu, malam pun ia ingat nama TUHAN, TUHAN pun
mengingat janji-Nya itu.
Ayat 57-64, Sama seperti para imam dan suku lewi
seluruhnya tidak diberikan sebagian tanah di Israel, melainkan hidup “ dari
TUHAN”, demikian pula pemazmur mengaku bahwa TUHAN adalah bagian warisannya
(Maz 16:5), dalam arti bahwa ia hendak hidup menurut kehendak Allah dan semua
yang bertentangan dengannya dianggap haram. Namun pemasmur tidak membanggakan
diri. Tetapi pemazmur tetap mohon belas
kasihan Ay 58, dengan suatu upacara pemberian korban dan permohonan belas
kasihan Allah (Mal 1:8-9) sekalipun pemasmur terancam, ia berusaha memegang
Taurat, bersekutu dengan prang-orang yang memiliki tingkah laku yang sama,
menghormati TUHAN, bersyukur ditengah malam
dan mengaku: “Bumi penuh dengan kasih
setia-Mu”, pemazmur ingin menekankan kasih setia Tuhan. Pemazmur menemukan
kesetiaan Allah terhadap orang-orang-Nya di segala situasi.
Ayat 65-72, “kita tahu bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia” (Rom 8:28) inilah pengalaman pemazmur : “Engkau baik dan berbuat baik.” Dalam perintah Allah pemazmur
merasa tentram (dari akar yang sama dengan Arab/Indonesia aman). Pernah ia
menyimpang, tetapi pengalaman itu pahit.
Tuhan mengajarkan kebijaksanaan (perngertiannya tentang arti hidup).
Dengan segenap hati ia belajar ajaran (ibrani torot) yang keluar dari mulut Allah.
Ayat 73-80, Pemazmur berdiri di hadapan khalik dan
meminta pengertian kepada-Nya (Ul. 32:6). Ia sadar bahwa Allah memberikan keputusan yang adil, sekalipun ia merasa tertindas karenanya; namun
juga menyadari bahwa ia aman (setia
dari akar kata aman). Dan Tuhan tetap menunjukan kasih setia-Nya, sifat yang
memungkinkan persekutuan antar orang dewasa, dan rahmat, sifat orang tua kepada anak kecil yang disayanginya. Itu
sebabnya, bersama orang lain yang menghormati Tuhan (takut berarti “mengaku
kewibawaan, menghormati”), ia bersukacita
dan hidup dengan hati yang tulus, yang seutuhnya tertuju kepada Tuhan.
Ayat 81-88, pemazmur minta tolong: ia merasa seperti
kirbat yang tergantung di dapur, yang kulitnya kering dan mudah sobek.
Orang-orng sombong dan berkuasa menggali lobang baginya dan mengejar dia.
Pemazmur minta keputusan hukum agar lawannya dinyatakan bersalah dan ia sendiri
selamat, dihidupkan dalam persekutuan kasih setia dengan Allah dan terhibur.
Ayat 89-96, Pemazmur memuji Allah yang menjadikan
bumi sehingga ia berdiri tetap turun-temurun (Maz 24:2) dan juga memberikan
Taurat-Nya (maz 19:2-7) Ferman-Nya yaitu
perkataan dan tindakan-Nya-berdiri di sorga, disepan Allah; demikian juga
kebijaksanaan menemani Allah pada ciptaan dan anak-anak manusia menjadi
kesenangannya (Ams 8:23-31) demikian pula firman itu bersama-sama Allah dan
didalamnya adalah hidup (Yoh 1:1-4) menurut keputusan Allah, segala sesuatu
yang kini ada harus mengabdi pada-Nya dengan menyambut kedatangan-Nya, entah
dengan memenuhi tugas yang Allah tentukan baginya dan diterangkan dalam taurat,
entah menghadapi Dia bila ia menyatakan diri dalam alam dan sejarah.
Ayat 97-104, orang yang merenungkan dan menjelankan
Taurat itu menjadi bijaksana, “roh yang didalam manusia dan nafas yang
Mahakuasa itulah yang member padanya pengertian” (Ayb.32:8). Dalam kesadaran
inilah Elihu menasihatkan Ayub dan pemazmur membanggakan Taurat sebagai jalan
kebijaksanaan yang sempurna dan manis.
Ayat 105-112, kalau dalam mazmur Daud dalam 2 Samuel
22:29 kita dengar: “Engkaulah pelatiku, ya Tuhan, dan Tuhan menyinari
kegelapanku” (Ayb 29:3), maka dalam mazmur ini hal yang sama dikatakan tentang
Firman Allah (Ams 6:23 tentang perintah dan ajaran). Dalam hubungan dengan
Allah firman yang tertulis dan firman yang langsung diterima daripadanya
berhubungan: merenungkan Kitab suci membuka pengertian untuk menerima firman hidup
dan menghindari salah paham berdasarkan keinginan hati sendiri. Orang yang
percaya menempatkan diri dalam rentetan orang percaya secara turun temurun dan
yakin bahwa firman yang disampaikan kepada angkatan yang lampau sama dengan
firman yang kini Tuhan berikan.
Ayat 113-120, Pemazmur menyerahkan dirinya
sepenuhnya kepada TUHAN dan mencintai peringatan-peringatan-Nya (ay 119), ia
bertentangan dengan orang yang bimbang hati, kadang mencarai TUHAN, kadang
mencari para dewa ( 1 Raj. 18:21 dimana Ahab meninggalkan Tuhan untuk mengikuti
baal) atau beribadah kepada TUHAN sekaligus melanggar hak yang Allah tetapkan
untuk orang miskin (Yes 58:1-8), orang-orang senantiasa berkompromi antara
keinginan sendiri dan kerelaan mengikuti kehendak Allah.
Ayat 121-128, mereka itu mengikuti jalan dusta
dengan menyalahgunakan harta dan pengaruhnya, sehingga Taurat Allah yang
menentukan masyarakat yang adil itu dirombak. Situasi sebegitu gawat sehingga
waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan (Maz 102:14). Ternyata bahwa
anggota umat Allah yang setia sedang tertekan dan dipinggirkan secara ekonomi
oleh gelongan yang menggunakan hubungan internasional dan maju tanpa
memperhatikan sebangsa yang lemah. Di hadapan Allah pemazmur sadar bahwa ia
seorang hamba yang walaupun hidup didalam cinta akan perintah Allah ddan hidup
jujur masih memerlukan pendidikan.
Ayat 129-136, Firman Allah seluhur Allah sendiri,
karena keajaiban dikerjakan-Nya, yaitu hal-hal yang tidak terbayangkan orang.
Sebagaimana wajah TUHAN bersinar demikian Firman-firman-Nya bersinar (ay 130
dan 135 dengan berkat Harun Bil 6:25). Ungkapan ini dapat ditafsirkan dengan
terjemahan Ibrani kuno yang berbunyi demikian: “bila tersingkap/dinyatakan
firman-firman-Mu member terang” ada penafsir yang mengerti “bila dibuka” kitab
yang berisi firman-firman itu untuk dibacam, maka diterima pengertian/kearifan, bukan orang-orang bodoh melainkan oleh mereka
yang belum berpengalaman (Mz 19:8). Bila kita hadapai situasi baru tanpa
pegangan, kita akan bingung, kita tidak mengerti sikap orang lain dan tidak tahu
bagaimana harus bersikap, sehingga kita mudah terpelincir. Sebaliknya kita berpegang
pada firman Allah langkahnya akan teguh.
Ayat 137-144, Tuhan dan Taurat-Nya adil karena
menciptakan hubungan adil/benar yang tahan uji (benar/aman). Sekalipun pemazmur
merasa rendah dan menghabiskan tenaga karena terdorong cinta pada kehendak
Allah, ia tetap meminta pengertian, karena disitulah terbuka jalan.
Ayat 145-152, Sebelum fajar ia merenungkan firman
Allah. Tuhan menjawab: Ia dekat (Maz 145:18) dan pemazmur mengaku percaya.
Ayat 153-160, pertentangan antara pemazmur yang
memegang taurat dan lawannya yang menyimpang dari padanya disamakan dengan
perkara yang diadili dihadapan Allah. Ia hendak membela dan orang yang hidup
tergantung pada janji, rahmat dan kasih setia-Nya; dengan ini ia
menghidupkannya (Ay 154, 156 dan 159), yaitu menjamin hidupnya terhadap lawan
dan member ruang gerak dalam hubungan dengan Allah dan sesame yang beriman.
Ayat 161-168, orang yang mencintai Feiman Allah akan
hidup dengan tentram (Dalam damai sejahtera). Biar mereka ditindas, mereka
tetap takut kepada Tuhan dan dibebaskan dari takut manusia. Perhatiannya terus
menerus tertuju pada Tuhan ( tujuh kali sehari) dan pada taurat dicintainya.
Mereka selalu menantikan keselamatan seperti penjaga malam menantikan pagi.
Ayat 169-176, pemazmur merasa dirinya seperti domba
yang hilang; sekalipun ia mengenal jalan yang Tuhan tunjukan (Ay
3,9,33,35,37,39), ditengah-tengah lawannya ia sesat, kecuali Tuhan mencarinya
untuk mengembalakannya (Yes 34:16). Dalam bagian penutup mazmur ini ia
mengagungkan firman Allah dan menjelaskan bahwa kepatuhan kepada Taurat tidak
mencukupi kecuali pemegannya hidup dalam persekutuan langsung dengan TUHAN.
demikian juga kita perlu mengenal firman Allah dan mengertinya, tetapi kecuali
Allah langsung membina kita, kita dapat hidup sebagai hamba-hamba-Nya.
KESIMPULAN
Pemasmur
memiliki sikap yang berbeda dengan yang lain. Ia memilih Firman Allah sebagai
pegangan hidupnya dan berulang-ulang mengalami bahwa melalui taurat, janji,
ketetapan dan sebagainya Tuhan sendiri membuka jalan baginya. Dijalan itu ia
merasa tentram; melalui firman Allah ia mengerti apa yang baik dan benar;
karena ia memegang firman itu ia mengalami kesukaan, baik dikala seorang dari
manapun dalam persekutuan dengan teman-teman seperjuangan dan ia memuji Tuhan
bersama mereka. Mari kita semua belajar dari hal ini bagao mana hidup kita
harus sepenuhnya bergantung pada Tuhan dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam
hidup kita, melakukan firman-Nya dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar