Kamis, 20 Februari 2014

EKSPOSISI PL III (EZRA - KIDUNG AGUNG)

1. Kitab Mazmur
A. Yang dimaksud dengan “terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan?” dalam Mazmur 44:24-27 adalah :
Dalam Mazmur 44 ini mencari jawaban sesudah mengalami kekalahan militer secara nasional. Masalah yang muncul adalah: jika raja dan rakyatnya sudah setia pada perjanjian (Mazmur 44:18-22), lalu mengapa Allah tidak setia kepada janji-Nya untuk memerdekakan dan membela?
banyak orang berpikir mereka menerima hukuman oleh Allah atas dosa dan kesalahan.
Puncak kekesalan Daud diungkapkan pada ayat yang 23 "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari" . Jadi, mazmur ini mengontraskan kejayaan masa silam (ayat 2-9) dengan bencana yang sedang terjadi (ayat 10-17). Allah kelihatannya tidak menyertai bala tentara Israel (ayat 10) saat mereka pergi berperang. Kekalahan Israel membuat mereka menjadi celaan dan hinaan para musuh mereka (ayat 14-15). Semua ini telah terjadi sekalipun Israel tidak lupa akan Allah (ayat 18-19); namun Allah telah memurukkan mereka dengan kekalahan yang hina (ayat 20).
Di balik segala noda dan aib ini, doa dan pengharapan mereka tetap terpusat pada Tuhan (ayat 24-27). Doa ini dikalimatkan dalam istilah militer. Doa tersebut untuk memperoleh pertolongan ilahi dalam krisis yang mungkin tetap berlanjut walaupun mereka telah kalah perang. Mungkin pertempuran yang sama tetap berlanjut. "Bersiaplah menolong kami" (Mazmur 44:27), seru mereka dalam mazmur ini. Namun kata terakhir dari mazmur ini merupakan keyakinan bahwa Allah pasti menolong mereka oleh karena kasih setia-Nya - kata anugerah ini muncul dalam Perjanjian Lama lebih dari dua ratus lima puluh kali dan berbicara tentang kasih, kebaikan kasih, belas kasihan dan anugerah Allah yang tak ternilai (ayat 27).
Oleh sebab itu, mazmur ini tidak bertentangan dengan mazmur yang meyakinkan kita bahwa Allah kita tak pernah terlelap atau pun tertidur. Allah tidak demikian! Bahwa adakalanya Allah menunda hukuman-Nya dan memperpanjang toleransi yang kelihatannya tak beralasan kepada orang fasik dan kejahatan mereka menunjukkan secara dangkal bahwa Allah terlelap dan perlu dibangunkan. Namun kesabaran ilahi dan belas kasihan seperti itu tak boleh dirancukan dengan ketidak-acuhan atau ketidaksadaran di pihak-Nya. Selanjutnya, sebagaimana sudah kami kemukakan, pengertiannya bukanlah merupakan pengertian keletihan atau terlelap, melainkan pengertian seruan kepada Allah agar berjalan maju dengan pasukan yang bersemangat untuk membela nama dan kerajaan-Nya yang kudus.


B. Yang dimaksud dengan “manusia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan” dalam  Mazmur 49:13,21 adalah

Bagian ini diulangi sebanyak 2 kali dalam satu pasal. Kelihatannya, pemazmur sedang berada di tengah-tengah situasi pekuburan. Dalam keputusasaan seperti itu/ terlalu mudah untuk membandingkan situasi keputusasaan seseorang dengan keberhasilan yang mewah dari orang fasik. Sesungguhnya, kekayaan seseorang tak sanggup menebus pribadinya, keluarga atau harta bendanya; yang fana tak bisa membayarkan tebusan bagi diri mereka sendiri (ayat 8-9). Jika orang fasik yang kaya tersebut mati, apapun harus ditinggalkannya. Bertolak dari latar belakang inilah, dan hanya pada dasar perbandingan inilah, kita diperingatkan bahwa "manusia tidak dapat bertahan" (ayat 12
Percaya pada diri seseorang atau kekayaan adalah kebodohan besar. Ada dua rasa takut yang mungkin ditemukan dalam mazmur ini: yaitu rasa takut akan musuh dalam masa-masa penganiayaan (49:6) dan rasa khawatir atas manfaat dari harta benda menjelang kematian (ayat 17-20). Tetapi tetap ada pengharapan pada ayat 16  yang merupakan kebenaran yang paling meyakinkan dalam mazmur ini: "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku [secara harfiah, jiwaku] dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." Ada kontras yang tajam dimulai ayat 15, tetapi dijawab oleh ayat 16. Kita telah  mengontraskan orang percaya yang takut akan Allah dengan orang tidak percaya tak takut apapun karena ia mempunyai segala kuasa yang bisa dibeli dengan uang? Jika demikian, Anda bertanya, mengapa orang kaya dibandingkan dengan hewan yang dibinasakan??
Jawabannya, mereka yang berkedudukan terhormat dan kaya bisa menjadi kasar dan tidak berperikemanusiaan dalam pemikiran dan kehidupan mereka sehingga mereka boleh dijadikan sama dengan binatang. Mereka "tidak mempunyai pengertian" (ayat 21). Untuk alasan inilah mazmur ini berseru kepada "bangsa-bangsa sekalian" untuk "pasang telinga" (ayat 1) dan untuk mencari "pengertian" (ayat 4) tentunya jika mereka tidak berharap seperti binatang dan kejam tanpa pengertian. Dalam kematian, mereka juga akan seperti binatang: mereka akan binasa.
Dalam hal ini kita dapat belajar bahwa : Janganlah percaya pada diri Anda sendiri atau kekayaan untuk menyelamatkan Anda atau untuk memberikan hidup kekal; hanya Allah yang sanggup menebus Anda dari kubur dan mengambil Anda kepada diri-Nya sendiri! Mazmur ini menekankan betapa sia-sianya mengandalkan kekayaan dan sifat sementara dari segala sesuatu yang bisa ditawarkan dunia ini. Pemazmur menyatakan bahwa orang yang hidupnya terdiri atas harta berlimpah-limpah dan kesenangan dan kemasyhuran duniawi (Mat 6:19-21; Luk 12:15), dan bukan mencari Allah dan kerajaan-Nya, akan musnah (ayat Mazm 49:13-15,17-18); pada pihak lain, orang yang hidup bagi Allah akan dibebaskan dari dunia orang mati (ayat Mazm 49:16).


C. Yang dimaksud dengan “tidak pernah kulihat orang benar kutinggalkan” dalam Mazmur 37:25-26 adalah
Kita akan mempertanyakan ayat ini disaat kita mengalami masalah dalam kehidupan kita, apakah masih relevan alkitab kita dengan keadaan realita kehidupan kita ini???. Namun disini Daud menyatakan memang benar orang benar  mungkin adakalanya tak berdaya, dianiaya, dan miskin. Tetapi Daud lebih focus kepada hidup orang benar  bahwa tak ditunjukkan dari bagian manapun bahwa orang benar mengalami kekeringan dan kemelaratan yang berkesinambungan.
Dalam kehidupan Daud sendiripun Daud sendiri punya banyak kesempatan untuk bersungut-sungut bahwa Allah telah melupakannya. Misalnya, ia pernah meminta roti pada Nabal yang kaya. Itu sebabnya, penting untuk dicatat bahwa Daud dengan cermat mengatur pernyataannya dalam konteks rentang waktu hidup yang panjang, sebab ia pernah muda dan kini ia sudah jauh lebih tua. Maka, apa yang nampaknya seperti kekeringan yang berkesinambungan bagi mereka yang melihat hidup jangka pendek sesungguhnya hanya suatu tahap yang harus dilalui. Kepercayaan penuh kepada Allah akan membuktikan yang sebaliknya tatkala hidup dilihat dari sudut pandang-Nya.
Kitab Mazmur ini dirancang untuk mengatasi pencobaan yang menyerang siapa saja dalam keadaan-keadaan yang menakutkan. Isinya mengontraskan apa yang bertahan sampai akhir dengan yang sementara. Namun, ini bukan berarti bahwa Allah juga tak pernah memberikan, dengan ukuran tertentu, kelegaan pada masa kehidupan yang sekarang ini. Sebagaimana yang kelak diajarkan oleh Tuhan kita, banyak kesesuaiannya dengan perasaan-perasaan yang diungkapkan di sini, mereka yang terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah akan mendapatkan segala hal lain yang diberikan kepada mereka sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan, Tuhan kita mengajar kita untuk meminta makanan kita setiap hari. Jadi apa yang merupakan perintah juga merupakan janji. Ia mengundang kita berdoa bagi apa yang ingin Ia berikan kepada kita.
Bahkan Tuhan juga berjanji untuk kita tidak kuatir karena Dia akan mencukupkan segala kebutuhan kita, disaat hidup kita benar dimata Tuhan.


2. Kitab Amsal
A. Cara mengatasi kesombongan dalam Amsal 27:1-2, Amsal 29:23 adalah
1. Tidak memuji diri ( Amsal 27:1)
Disaat mulai memuji diri sendiri, berarti kita sudah mulai sombong dan menganggap kita hebat bahkan mungkin lebih hebat dari Tuhan.
2. Menyatakan hanya Tuhan yang Maha Tahu ( Amsal 27:1)
Dalam ayat ini menyatakan bahwa hanya Tuhan yang mengetahui apa yang akan terjadi di setiap hari dalam kehidupan kita. disaat kita menyadari hal itu maka kita tidak akan menjadi sombong.
3. Mengasihi orang lain (Amsal 27:2)
Dalam ayat ini menunjukkan bahwa kita harus menjalin hubungan dengan orang lain, disaat orang lain mengetahui siapa kita maka mereka sendiri yang akan melihat kita, apakah kita layak untuk dihargaui atau tidak.
4. Rendah hati (Amsal 29:23)
Disaat hidup kita dilihat orang lain tidah sombong dan menganggap orang lain lebih dari kita maka orang lain itu yang akan memuji kita.




B. Menurut Amsal 30:5-9
Yang menjadi perisai seseorang didalam kehidupannya adalah Firman Allah sehingga jangan sampai menambahi atau menguranginya supaya jangan ditegur Tuhan.
             
   Hidup yang baik adalah :
  1. Hidup menurut akan Firman Allah yang murni (Amasal 30:5)
  2. Jangan menambahi atau mengurangi Firman Allah (Amasal 30:)
  3. Hidup dalam kecurangan (Amasal 30:8)
  4. Hidup dalam kebohongan(Amasal 30:8)
  5. Hidup dalam ucapan syukur (Amasal 30:8)
  6. Jangan menyangkal nama Tuhan (Amasal 30:9)
  7. Jangan mencemarkan nama Tuhan (Amasal 30:9)
C. Tabiat seorang isteri yang baik adalah
1. Dapat dipercaya (Amsal 31:11)
Hati suaminya percaya kepadanya dan Istri yang berbahagia adalah istri yang dipercayai sepenuhnya oleh suami.
2. Berbuat baik kepada suami dan keluarga (Amsal 31:12-15)
Rajin mengurus suami dan keluarga, makanan selalu disediakan pada waktunya, rumah tangga diatur sebaik-baiknya, perabot2 tidak ada yang kotor berdebu, anak2 terurus dengan baik tidak ada yang terlantar. Ini dilakukan dalam kondisi suka dan duka.
3. Suka bekerja keras (tidak pemalas) (Amsal 31:16-19)
            Tangan selalu terampil dalam mengerjakan segala sesuatu, baik di kebun ataupun di rumah.
4. Belas kasihan bagi mereka yang mengalami kekurangan (ayat Ams 31: 20)
            Seorang istri yang selalu juga memperhatikan orang lain
5. Murah hati (Amsal 31:20)
Seorang istri yang murah hati akan memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya, tidak hanya mementingkan kepentingannya atau keluarganya saja. Suka mengulurkan tangan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Seorang istri yang suka memberi adalah seorang istri yang tahu membuka sumber berkat bagi keluarganya. Dia mengerti betul hukum yang mengatakan ”berilah maka kamu akan diberi”. Sebab dengan memberi berarti dia membuka tingkap2 langit sehingga Allah dapat mencurahkan berkat dengan berkelimpahan. Seorang istri yang tidak suka berbuat demikian bahkan melarang suaminya memberi bagi Tuhan atau kepada orang lain berarti belum dapat mengelola berkat Tuhan.

 6. Lemah lembut (Amsal 31:26)
Seorang istri dan ibu harus menjaga perkataannya, menjadi pencipta suasana lemah lembut dan kasih sayang dirumah, memberi nasehat dengan sabar maka keluarga akan betah tinggal dirumah

7. Berhikmat (Amsal 31:26)
seorang istri tidak akan membuka mulutnya dengan sembarangan, dia tidak ingin kata-katanya keluar dengan sia-sia, perkataannya tidak melukai orang, tetapi hendaknya membangun dan menghibur
8. Kesetiaan dan kasih kepada keluarga mereka (ayat Ams 31:27).
 9. Saleh atau takut akan Tuhan (Amsal 31:30)
seorang istri mempunyai nilai yang tinggi adalah kesalehannya, ayat tersebut dengan tegas mengatakan bahwa kecantikan tubuh bukanlah ukuran bagi istri yang tinggi nilainya.
Banyak wanita ingin dipuji kecantikannya sehingga berusaha merombak wajahnya agar kelihatan cantik. Anda tidak perlu mengubah wajah anda, syukuri apa yang sudah diberikan Tuhan, hiduplah saleh dihadapan Tuhan (I Petrus 3:3,4)

3. Kitab Pengkotbah
A. Yang dimaksud dengan “nasib manusia sama dengan nasib binatang” dalam Pengkotbah 3:19-21 adalah
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang sulit untuk dijelaskan, tetapi kita aka mencoba untuk menjelaskannya menurut hikmat Tuhan. Yang menjadi sorotan utama adalah kata yang dimunculkan teks ini. Istilah nasib adalah terjemahan yang berlebihan. Istilah yang muncul di sini hanya istilah kejadian. Jadi, tak ada pernyataan-pernyataan yang dibuat untuk memberikan kemungkinan nasib baik atau buruk. Itu semata-mata fakta bahwa satu kejadian, satu peristiwa-sebut saja, kematian, mengambil alih segalanya dari kefanaan. Hal ini menegaskan bahwa "semuanya pergi ke tempat yang sama". Namun tempat yang dimaksudkan di sini bukanlah suatu keadaan yang terlupakan atau ketiadaberadaan; melainkan suatu kuburan. Sungguh, baik manusia maupun binatang terbuat dari debu dan itu sebabnya kepada debu itu mereka akan kembali. Dalam pengertian tersebut, jika yang satu mati, demikian pula yang lainnya. Kematian tidak memandang manusia atau pun binatang!
Dalam ayat 21 bahasa Ibrani, menyatakan bahwa "nafas manusia naik ke atas, dan nafas binatang turun ke bawah bumi." Kata kerja naik ke atas dan turun ke bawah adalah partisip aktif dengan tanda dari kata sandangnya. Tak ada perlunya mengatakan bahwa bahasa Ibrani menyalahtafsirkan kata sandang dengan pembacaan yang agak berbeda untuk kata tanya. Konsep bahwa manusia bisa dan memang hidup sesudah kematian sudah sama tuanya dengan Henokh sendiri. Orang itu, yang tercatat dalam Kejadian 5:24, masuk ke dalam status kekal bersama dengan tubuhnya! Demikian juga, patriakh Ayub tahu bahwa manusia akan hidup kembali jika ia mati, sama seperti sebatang pohon adakalanya akan memunculkan tunas sesudah pohon tersebut juga ditebang (Ayub 14:7, 14).
Kita tak perlu terlalu menekankan pernyataan siapakah yang mengetahui, seakan-akan bacaan tersebut memberi kita suatu pertanyaan yang tak berjawaban. Pernyataan tersebut merupakan pendapat retorik yang menghimbau kita untuk ingat bahwa Allahlah yang tahu perbedaan antara manusia dengan binatang, dan bahwa nafas atau sosok berjiwa yang satu adalah kekal sifatnya (dan itu sebabnya "naik" kepada Allah) sedangkan nafas yang lain bersifat fana (dan itu sebabnya "turun" ke kuburan sama seperti daging yang lebur menjadi debu).

B. Yang dimaksud dengan “janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat” dalam Pengkotbah 7:16-18 adalah
Disini seolah olah penulis menganjurkan kea rah yang kurang baik, oleh sebab itu kita akan melihat apa yang dimaksudkan oleh penulis. si penulis menyebut dirinya sendiri, bukan memperingatkan mereka yang baik-baik saja atau yang terlalu saleh atau terlalu teguh dalam iman mereka. Ada bahaya yang sangat berbeda dalarn benak si penulis. Oleh sebab itu kita belajar untuk  mengenal diri sendiri. Apabila tidak makabBahayanya adalah masing-masing orang bisa menipu diri sendiri melalui keanekaragaman perilaku agamawi palsu yang tak ada artinya dalam realita selain keinginan untuk pamer diri dalam perilaku penyembahan dan berdalih pelayanan kepada Allah.
Kita teliti dijumpai dalam kata kerja kedua dari ayat 16, yaitu berhikmat. Bentuk ini harus diartikan secara refleksif (bersifat mencerminkan) sesuai dengan bentuk kata kerja dalam bahasa Ibrani, yaitu merasa diri diperlengkapi dengan hikmat. Dengan demikian, masalahnya sama dengan bacaan terkenal dalarn Amsal 3:7 yang berbunyi, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak". Jadi masalahnya bukan kasus terlalu saleh atau berhikmat; sebaliknya, ini adalah masalah penipuan diri dan Masalah memiliki super ego yang membutuhkan tambahan kerendahan hati dengan dosis tinggi. Jika manusia menjadi terlalu suci, terlalu benar dan terlalu berhikmat dalarn pandangan mereka sendiri, maka mereka menjadi terlalu suci dan terlalu berhikmat bagi setiap orang, yang tentu saja bukan dalam kenyataan; melainkan dalarn penilaian diri mereka sendiri! Kita bandingkan dengan penafsiran ini benar bisa diuji melalui perbandingan kontekstual dengan ayat 18. Adalah baik, desak Salomo, bahwa wanita dan pria berpegang pada "yang satu" (yaitu, hikmat sejati, yang berasal dari rasa takut akan Allah dan bukan yang berasal dari bualan sendiri), daripada berpegang pada "yang lain" (yaitu, gagasan orang-orang bodoh). Pada akhirnya, hanya manusia yang takut akan Allah yang akan dibebaskan dari kedua ekstrim ini, kata ayat 18. Itulah yang melindungi umat Allah dari perbuatan yang tidak-tidak. Bukan gagasan manusia, bukan pula kebajikan yang disombongkan akan berfungsi dengan baik sebagai pemandu atau sebagai penyamaran untuk menyelubungi kebutuhan hati yang sebenarnya. Hikmat sejati hanya bisa didapatkan kalau manusia takut akan Allah.
Jadi, Pengkhotbah bukan membicarakan sesuatu yang tak bermoral; sebaliknya, ia adalah musuh kesalehan palsu dan juga sebagai penyingkap kesombongan-kesombongan palsu atas hikmat.

C. Dasar dari kebahagian seseorang dalam Pengkotbah 8:12-13 adalah

Hanya satu jawaban yang disebutkan di dalam ayat-ayat ini yang merupakan kunci kebahagiaan adalah takut akan Allah, karena disaat kita takut akan Allah maka penyertaan Allah akan selalu ada dalam kehidupan kita dan tidak menjadikan kita seperti orang fasik.

4. Kitab kidung Agung
A. Cara mempelai pria memandang mempelai perempuan di dalam Kidung Agung 1:14 adalah
Disini mempelai pria memuji muji mempelai wanita dengan menyamakan bahwa mempelai perempuan itu menyenangkan dan karakteristik yang menarik yang seperti Diantaranya ia berdiri keluar seperti sekelompok indah bunga di sebuah oasis padang pasir di En Gedi adalah sebuah oase di pantai barat Laut Mati. Sebelumnya David telah melarikan diri ke En Gedi saat melarikan diri dari Saul (1 Sam 23:29, 24:1).
Yang adalah
Wangi-wangian yang mahal dan jarang terdapat (narwastu, mur, bunga pacar) mengibaratkan kenikmatan yang dialami dalam pertemuan kenikmatan yang dialami dalam pertemuan itu, Bunga pacar menghasilkan celupan berwarna jingga dan memiliki bau yang menyenangkan.
Jadi disini mempelai pria menggambarkan bahwa mempelai wanita itu nilainya lebih di banding yang lain, memiliki kelebihan dan itu diungkapkan dalam sebuah pujian yang sangat berarti dan menyenangkannya.

B. Cara saya memandang kekasih saya adalah
            Dari penjelasan diatas, maka saya akan belajar utnuk memandang kekasih saya dengan memuji apa yang dia miliki dan menyatakan bahwa dia memang pilihan saya maka tidak ada kata kata yang malah membuat dia jadi merasa minder atau direndahkan. Tetapi malah membuat dia akan semakin percaya diri bahwa dia adalah ciptaan Tuhan yang indah.
C. Nilai cinta menurut saya adalah
Menurut saya cinta adalah dianggap sebagai kekuatan universal, prinsip unsur dari semua makhluk yang benar, mampu mengatasi musuh abadi manusia yaitu Kematian. Dan menghasilkan rasa "Cemburu" di sini istilah lain untuk "cinta," mengekspresikan kekuatan tak terhindarkan dan semangat kasih sayang ini. Bahkan cinta ini dapat membuat kita bersemangat untuk melakukan apapun, khususnya berkenaan dengan apa yang kita cintai. Dan tidak ada yang dapat menghentikannya. Kasih-cinta tidak dapat dibeli oleh semua harta.

                                                                       
D. Pelajaran Rohani dari mempelajari Kitab Kidung Agung adalah
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa cinta yang terbaik adalah cinta yang didasarkan pada kepercayaan yang penuh terhadap kekasihnya. Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa pernikahan merupakan anugerah daripada Allah. Bagi seorang wanita yang percaya kepada Allah, ia mempunyai nilai yang tinggi, tidak memandang ia itu oran desa atau kesederhanaannya. Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa kebahagiaan dari cinta hanya dapat ditemukan/dialami kalau terjadi cinta segitiga, yaitu antara suami, istri, dan Tuhan.

Kitab Kidung Agung juga merupakan gambaran persetujuan Allah yang indah tentang hubungan suami isteri karena pernikahan adalah lembaga awal yang dibentuk Allah untuk saling mengasihi satu dengan yang lain. Dikitab ini Tuhan menunjukkan baahwa hubungan suami isteri adalah hubungan yang suci dan tidak kotor. Kita melihat bagaimana sifat-sifat dari kedua pribadi yang murni dan moralnya terpuji dan kesetiaan sebelum dan sesudah pernikahan sangat dihormati.


           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar