PELAYANAN
PAULUS DALAM KITAB ROMA
BAB
I
PENDAHULUAN
Ayah
Paulus seorang yahudi, dari suku menjamin. Ibunya tentu juga seorang yahudi.
Keluarga itu hidup di perantauan, dikota tarsus (kini di turki selatan,
disebelah barat daya kota Adana). Agagnya mereka menyesuaikan diri dengan
masyarakat sekitarnya. Ayah Paulus adalah warga Negara Romawi, nama anaknya
mengikuti pola nama Romawi dan ia memberikan anak itu pendidikan yang sanggup
mengutip pujangga Yunani di luar kepala dan memakai berbagai gaya sastra
helenistis. Namun, ayah Paulus setia pada agama Yahudi.
Paulus,
yang dalam lingkungan yahudi mendapat panggilan akrab “SAUL”, pergi ke
Yerusalem untuk berguruh pada tokoh Gamaliel. Kita tidak tau apakah Paulus
pernah bertemu denan Yesus. Yang pasti, ia menghadiri pembunuhan Stefanus.
Sesudah itu, ia memimpin aksi penagkapan orang Kristen baik di Yerusalem maupun
di laur yerusalem. Ketika dalam perjalanan menuju ke Damsyik ia melihat cahaya
dari langit mengililingi dia dan mendengar suara Yesus, peristiwa itu
menjadikannya ‘alat pilihan’ untuk membawa nama Yesus kepada bangsa-bangsa
non-Yahudi. Menurut berita dalam Galatia 1:17, iya tinggal tiga tahun di tanah
arab, lalu pergi ke tarsus lewat yerusalem. Sekitar tahun 46 M barnabas
menjemputnya di tarsus, lalu ia tinggal bersama Jemaat di Antiohia selama
setahun.
BAB
II
LATAR
BELAKANG
Paulus dari Tarsus (awalnya Saulus dari
Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi) diakui sebagai tokoh
penting dalam penyebaran dan perumusan ajaran kekristenan yang bersumberkan dari
pengajaran Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan diri melalui
kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudidari suku Benyamin, yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus tanahKilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan teliti di
bawah pimpinan Gamaliel. Pada masa mudanya, ia hidup
sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling
keras dalam agama Yahudi. Mulanya ia seorang penganiaya
orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa
Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang
pengikut Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 9).
Paulus menyebut dirinya sebagai
"rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi" (Roma
11:13).
Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas
non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan olehYesus Kristus adalah untuk semua orang,
bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan perselisihan pendapat
antara murid-murid Yesus dari keturunan Yahudi asli dengan mereka yang berlatar
belakang bukan Yahudi. Mereka yang dari keturunan Yahudi berpendapat bahwa
untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah
pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu. Murid-murid yang mula-mula, Petrus, sempat tidak berpendirian
menghadapi hal ini (lihat Galatia
2:11-14).
Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem yang
dipimpin oleh Petrus dan Yakobus, adik Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 15), yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama.
Konsili ini menghasilkan beberapa
keputusan penting, misalnya:
1. untuk menikmati karya penyelamatan
Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu
2. orang-orang Kristen yang bukan
berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan
pantangan Yahudi (misalnya perihal tentang sunat dan memakan makanan yang
diharamkan).
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh
gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan
Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah
satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan
bercorak Paulin/bercorak Paulus. Surat-suratnya menjadi bagian pentingPerjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa
Paulus memainkan peranan penting dalam menjadikan agama Kristen sebagai agama
yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.[1]
BAB
III
PELAYANAN
PAULUS DI ROMA
Kisah Lukas tentang pelayanan Paulus di Roma menegaskan pemenuhan
janji Allah. Allah telah menjanjikan bahwa Paulus akan menjadi saksi-Nya di
Roma (Kis. 23:11). Janji itu terpenuhi ketika ia mewartakan injil di Roma yang
dianggap sebagai ujung bumi dan pusat dunia bangsa-bangsa lain. Namun, sebelum
mewartakan injil kepada bangsa-bangsa lain, ia bertemu dengan para pemimpin
Yahudi lokal di Roma sebanyak dua kali.
Pertemuan pertama Paulus dengan para pemimpin Yahudi di Roma (28:17-22)
Kisah pertemuan pertama Paulus dengan para pemimpin Yahudi lokal di Roma ini dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, pidato Paulus di hadapan para pemimpin Yahudi lokal di Roma (ay. 17-20). Kedua, tanggapan mereka pidatonya (ay. 21-22).
Pertemuan pertama Paulus dengan para pemimpin Yahudi di Roma (28:17-22)
Kisah pertemuan pertama Paulus dengan para pemimpin Yahudi lokal di Roma ini dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, pidato Paulus di hadapan para pemimpin Yahudi lokal di Roma (ay. 17-20). Kedua, tanggapan mereka pidatonya (ay. 21-22).
Pidato Paulus di hadapan para pemimpin Yahudi Roma (ay. 17-20)
Tiga hari setelah berada di Roma, Paulus segera mengundang para pemimpin Yahudi lokal untuk datang mengunjunginya. Informasi ini memunculkan sebuah pertanyaan tentang kapan orang Yahudi pertama kali datang ke Roma. Kitab Makabe menceritakan bahwa Yudas memilih dua orang utusan yang bernama Eupolemus bin Yohanes bin Akos dan Yason bin Eleazar. Dua orang ini diutus dari Yudea ke Roma sekitar tahun 160 SM untuk mengadakan persahabatan dan persekutuan dengan orang-orang Roma (1Mak. 8:17-22). Cerita ini memperlihatkan bahwa orang Yahudi di Roma sudah ada sejak lama. Akan tetapi, beberapa orang lain meragukan bahwa ada orang Yahudi yang menetap di Roma jauh sebelum abad pertama.
Tiga hari setelah berada di Roma, Paulus segera mengundang para pemimpin Yahudi lokal untuk datang mengunjunginya. Informasi ini memunculkan sebuah pertanyaan tentang kapan orang Yahudi pertama kali datang ke Roma. Kitab Makabe menceritakan bahwa Yudas memilih dua orang utusan yang bernama Eupolemus bin Yohanes bin Akos dan Yason bin Eleazar. Dua orang ini diutus dari Yudea ke Roma sekitar tahun 160 SM untuk mengadakan persahabatan dan persekutuan dengan orang-orang Roma (1Mak. 8:17-22). Cerita ini memperlihatkan bahwa orang Yahudi di Roma sudah ada sejak lama. Akan tetapi, beberapa orang lain meragukan bahwa ada orang Yahudi yang menetap di Roma jauh sebelum abad pertama.
Tindakan Paulus mengundang para pemimpin Yahudi lokal itu
memunculkan sebuah pertanyaan. Bagaimana hubungan Paulus dengan jemaat kristiani
Roma? Lukas tidak melukiskannya. Hal ini tentu saja mengherankan sebab Paulus
telah ditemani oleh beberapa utusan gereja Roma. Lukas hanya memberi sedikit
perhatian kepada jemaat kristiani di Roma, meski ia telah mengetahui keberadaan
gereja di sana (Kis. 28:15). Mengapa Paulus tidak memberi perhatian kepada
hubungan Paulus dengan jemaat kristiani yang sudah ada di Roma? Alasannya
karena Lukas tampaknya ingin memfokuskan seluruh lukisan pada misi Paulus
mewartakan injil sampai ke ujung bumi, pusat dunia, yakni ibu kota imperium
Romanum.[2]
Mengapa Paulus segera memanggil dan berbicara dengan para pemimpin Yahudi lokal sementara ia dibawa ke Roma untuk diadili di hadapan kaisar? Talbert menawar dua alasan.[3] Pertama, alasan teologis: Paulus harus pertama-tama mewartakan injil kepada orang Yahudi dan baru kemudian kepada orang bukan Yahudi (Kis. 3:26; 10:36). Namun, kini ia tidak mungkin lagi bisa pergi dengan bebas ke sinagoga-sinagoga karena statusnya sebagai seorang tahanan rumah. Itulah sebabnya ia berinisiatif untuk memanggil dan berbicara dengan para pemimpin Yahudi lokal. Kedua, alasan sosiologis. Pada waktu itu komunitas Yahudi di Roma itu besar dan sangat kuat. Mereka tidak segan mempengaruhi keputusan penguasa Roma yang berkaitan dengan kepentingan mereka.
Mengapa Paulus segera memanggil dan berbicara dengan para pemimpin Yahudi lokal sementara ia dibawa ke Roma untuk diadili di hadapan kaisar? Talbert menawar dua alasan.[3] Pertama, alasan teologis: Paulus harus pertama-tama mewartakan injil kepada orang Yahudi dan baru kemudian kepada orang bukan Yahudi (Kis. 3:26; 10:36). Namun, kini ia tidak mungkin lagi bisa pergi dengan bebas ke sinagoga-sinagoga karena statusnya sebagai seorang tahanan rumah. Itulah sebabnya ia berinisiatif untuk memanggil dan berbicara dengan para pemimpin Yahudi lokal. Kedua, alasan sosiologis. Pada waktu itu komunitas Yahudi di Roma itu besar dan sangat kuat. Mereka tidak segan mempengaruhi keputusan penguasa Roma yang berkaitan dengan kepentingan mereka.
Apa yang dibicarakan dalam pidato Paulus di hadapan para pemimpin
Yahudi lokal? Ia mengangkat kembali tuduhan yang dilontarkan oleh orang Yahudi
terutama tuduhan menentang bangsa Israel atau adat istiadat nenek moyang Israel
(ay. 17; Kis. 21:21, 28). Tuduhan itu disangkalnya. Ia tidak melakukan apa pun
yang menentang bangsanya atau adat istiadat nenek moyangnya (ay. 17; 24:14-19;
25:8-10; 26:22). Meski tidak bersalah, ia ditangkap di Yerusalem dan diserahkan
kepada orang Roma. Penangkapan ini mengingatkan kita pada apa telah dikisahkan
sebelumnya (Kis. 21:30-33). Penangkapan itu dilanjutkan dengan penyelidikan
terhadap kasusnya yang mengingatkan kita pada kisah tentang penyelidikannya di
hadapan pengadilan gubernur Festus (bdk. Kis. 23:29; 25:18-20; 25-27; 26:31.
Dari hasil penyelidikan itu tidak ditemukan adanya kesalahan yang
setimpal dengan hukuman mati sehingga wakil pemerintah kaisar Roma ingin
melepaskannya (ay. 18; bdk. Kis. 25:11-12, 21; 26:32). Namun, keinginan dan
keputusan itu ditentang oleh orang-orang Yahudi sehingga ia terpaksa naik
banding kepada kaisar Roma. Apa yang dialaminya ini sejajar dengan pengalaman
Yesus yang diwartakannya. Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus dan ingin
membebaskan-Nya, tetapi orang Yahudi menentangnya (Kis. 13:28; Luk. 23:4; 16,
22).
Paulus selanjutnya menjelaskan di hadapan para pemimpin Yahudi
Roma tentang alasan utama mengapa ia ditahan, diikat, dan dibelenggu (ay. 20).
Alasannya justru karena pengharapan Israel pada kebangkitan orang mati (bdk.
Kis. 23:6; 24:21; 26:6-7). Pengharapan itu didasarkan pada janji Allah kepada
Daud (Mzm. 16; 132; bdk. Kis. 2:30; 13:23, 32-35). Paulus meyakini bahwa
pemenuhan awal harapan itu ditemukan dalam kebangkitan Yesus sebagai orang
pertama yang bangkit dari antara orang mati (Kis. 26:23). Dikatakan awal karena
pemenuhannya secara total itu hanya akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus
yang kedua.
Tanggapan dari orang Yahudi Roma (ay. 21-22)
Apa tanggapan para para pemimpin Yahudi lokal di Roma setelah mendengar pidato Paulus? Tanggapan mereka dapat dibagi dalam tiga bagian. Pertama, mereka memberi jaminan kepada Paulus bahwa mereka tidak menerima surat dari Yudea. Tidak surat dari para pemimpin Yahudi di Yerusalem yang mendiskreditkannya. Tanggapan ini mengindikasikan bahwa para pemimpin Yahudi di Yerusalem tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap hasil penyelidikan Paulus di hadapan kaisar Roma.[4] Kedua, mereka juga memberi jaminan kepada Paulus bahwa tidak seorang pun dari “saudara-saudara”[5] mereka dari Yudea atau dari tempat lain yang datang ke Roma untuk memberitakan kejahatannya. Dengan jaminan mereka tampaknya menyatakan secara tidak langsung bahwa hasil pengadilan Paulus di hadapan kaisar itu tidak dipengaruhi oleh fitnahan orang-orang Yahudi. Ketiga, mereka terbuka kepada Paulus dan ingin mendengarkan apa yang dikatakannya karena mereka tahu bahwa mazhab atau sekte ini dilawan di mana-mana dan Paulus dikenal sebagai tokoh dari mazhab atau sekte itu. Di sini kekristenan lagi-lagi dibicarakan sebagai sebuah mazhab atau sekte (Yunani: hairesis) di dalam agama Yahudi (bdk. 5:17; 24:5, 14).
Apa tanggapan para para pemimpin Yahudi lokal di Roma setelah mendengar pidato Paulus? Tanggapan mereka dapat dibagi dalam tiga bagian. Pertama, mereka memberi jaminan kepada Paulus bahwa mereka tidak menerima surat dari Yudea. Tidak surat dari para pemimpin Yahudi di Yerusalem yang mendiskreditkannya. Tanggapan ini mengindikasikan bahwa para pemimpin Yahudi di Yerusalem tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap hasil penyelidikan Paulus di hadapan kaisar Roma.[4] Kedua, mereka juga memberi jaminan kepada Paulus bahwa tidak seorang pun dari “saudara-saudara”[5] mereka dari Yudea atau dari tempat lain yang datang ke Roma untuk memberitakan kejahatannya. Dengan jaminan mereka tampaknya menyatakan secara tidak langsung bahwa hasil pengadilan Paulus di hadapan kaisar itu tidak dipengaruhi oleh fitnahan orang-orang Yahudi. Ketiga, mereka terbuka kepada Paulus dan ingin mendengarkan apa yang dikatakannya karena mereka tahu bahwa mazhab atau sekte ini dilawan di mana-mana dan Paulus dikenal sebagai tokoh dari mazhab atau sekte itu. Di sini kekristenan lagi-lagi dibicarakan sebagai sebuah mazhab atau sekte (Yunani: hairesis) di dalam agama Yahudi (bdk. 5:17; 24:5, 14).
Dengan menyapa orang-orang Yahudi dari Yerusalem sebagai “saudara-saudara” para
pemimpin Yahudi lokal di Roma mengungkapkan solidaritas mereka dengan para
lawan Paulus. Sapaan itu berbeda dengan sebutan Paulus sendiri bagi para
lawannya sebagai orang-orang Yahudi (ay. 19), sementara para pemimpin Yahudi
Roma disapanya sebagai “saudara-saudara” karena berbeda dengan orang-orang
Yahudi Roma, orang Yahudi Yerusalem telah menolak harapan Israel seperti yang
dijanjikan dalam kitab suci, terpenuhi dalam kebangkitan Yesus, dan diwartakan
oleh hamba atau saksi-Nya.
Pertemuan kedua Paulus dengan para pemimpin Yahudi (28:23-29)
Kisah pertemuan kedua Paulus dengan para pemimpin Yahudi di Roma berbicara tiga hal. Pertama, pewartaan Paulus kepada mereka (ay. 23). Kedua, reaksi mereka terhadap pewartaannya (ay. 24-29). Ketiga, ringkasan tentang situasi hidup Paulus di Roma (ay. 30-31).
Kerajaan Allah dan Yesus Kristus (ay. 23)
Pertemuan kedua Paulus dengan para pemimpin Yahudi (28:23-29)
Kisah pertemuan kedua Paulus dengan para pemimpin Yahudi di Roma berbicara tiga hal. Pertama, pewartaan Paulus kepada mereka (ay. 23). Kedua, reaksi mereka terhadap pewartaannya (ay. 24-29). Ketiga, ringkasan tentang situasi hidup Paulus di Roma (ay. 30-31).
Kerajaan Allah dan Yesus Kristus (ay. 23)
Para pemimpin Yahudi lokal di Roma menetapkan suatu hari untuk
bertemu lagi dan mendengarkan gagasan-gagasan Paulus. Pada hari yang telah
ditetapkan dan disepakati mereka datang dalam jumlah besar, lebih banyak dari
orang yang dalam pertemuan pertama. Pertanyaan tentang bagaimana orang sebanyak
itu bisa ditampung di rumah sewaannya tidak menjadi perhatian Lukas. Kehadiran
orang banyak itu membuat rumah sewaannya ditransformasi menjadi semacam
sinagoga.
Apa yang dibicarakan oleh Paulus di hadapan banyak orang Yahudi di
Roma itu? Paulus menjelaskan dan bersaksi kepada mereka. Ada dua hal pokok yang
saling terkait erat dari penjelasan dan kesaksiannya, yakni kerajaan Allah dan
Yesus Kristus. Menjelaskan dan bersaksi tentang kerajaan Allah kepada mereka
berarti meyakinkan mereka dengan memakai hukum Musa dan kitab para nabi bahwa
Yesus adalah orang yang telah ditentukan oleh Allah untuk menyatakan kerajaan
dan pemerintahan-Nya yang menyelamatkan. Berbicara kerajaan Allah itu juga
berarti memuat tema pengharapan Israel, kebangkitan Mesias, dan kebangkitan
orang mati pada masa yang akan datang (bdk. Kis. 26:6-7; Luk. 13:28-30;
22:28-30). Dengan demikian, kesaksian tentang kerajaan Allah itu
berkesinambungan dengan kesaksian Yesus, para rasul, dan Perjanjian Lama.
Pokok penjelasan dan kesaksian yang kedua kepada mereka adalah
Yesus Kristus. Penjelasan dan kesaksian tentang Yesus Kristus itu mencakup
kehidupan, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kemuliaan-Nya.
Paulus meyakinkan mereka bahwa Yesus yang disalibkan dan dibangkitkan adalah
Mesias. Seperti yang telah dilakukannya di hadapan raja Agripa di Kaisarea,
Paulus menjelaskan dan memberikan kesaksian dengan memakai hukum Musa dan kitab
para nabi untuk menunjukkan hubungan antara kekristenan dengan agama Yahudi
(bdk. Luk. 24:27, 44).
Menjelaskan dan memberikan kesaksian tentang Yesus dengan memakai
hukum Musa dan kitab para nabi berarti mewartakan-Nya sebagai seorang nabi
seperti Musa (Ul. 18:15-16) yang telah dibangkitkan oleh Allah dan yang harus
didengarkan oleh orang Israel (Kis. 3:22; 7:37; Luk. 9:30-31, 35). Diwartakan
bahwa Yesus adalah
Mesias-Penyelamat yang telah dijanjikan kepada Daud (Kis. 2:25-36; 13:22-23,
32-37), hamba Allah yang dihina dan direndahkan (Yes. 53; Kis. 8:32-33), dan
Tuhan yang dimuliakan di sisi kanan Allah (Mzm. 110; Kis. 2:24-36).
Reaksi orang Yahudi Roma (ay. 24-29)
Reaksi orang Yahudi Roma terhadap penjelasan dan kesaksian Paulus
terbagi. Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, tetapi ada juga yang
tetap tidak percaya. Reaksi percaya dan tidak percaya ini dipandang sebagai
sebuah reaksi khas orang Yahudi terhadap pesan pewartaan injil (ay. 24; 13:46;
18:6; bdk. Rm. 11:7-10). Orang Yahudi yang menanggapi secara positif penjelasan
dan kesaksian Paulus tentang kerajaan Allah dan Yesus Kristus itu kemudian
dibaptis dalam nama Yesus.
Sebelum orang Yahudi Roma itu membubarkan diri dalam keadaan tidak
sepaham, Paulus mengutip Yesaya 6:9-10 untuk menjelaskan fakta bahwa tidak
semua orang Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias yang diwartakannya. Dalam
kutipan itu Allah menubuatkan kepada Yesaya bahwa orang Yahudi tidak percaya
pada pesan pewartaannya (bdk. Mat. 13:14-15; Mrk. 4:12; Luk. 8:10; Yoh.
12:40-41). Dengan kutipan itu Paulus ingin menegaskan bahwa ketidakpercayaan
sebagian orang Yahudi memenuhi apa yang telah dinubuatkan oleh Yesaya (ay.
25b-27; bdk. Yes. 6:9-10). Nubuat negatif itu terpenuhi dalam diri mereka yang
tidak percaya kepada pesan pewartaan kristiani tentang kehidupan, kematian,
kebangkitan, kenaikan, dan kemuliaan Yesus Kristus.
Paulus mengakhiri pembicaraannya dengan sebuah kesimpulan. “Sebab itu kamu harus tahu bahwa keselamatan yang berasal dari Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya” (ay. 28). Dari kesimpulan ini dinyatakan bahwa satu tahap dalam sejarah gereja telah berakhir dan tahap baru dimulai. Para misionaris kristiani tidak lagi akan mewartakan injil pertama-tama kepada orang Yahudi sebelum kepada orang bukan Yahudi. Namun, tahap baru ini tentu saja tidak berarti bahwa Allah menyingkirkan orang Israel dari umat-Nya.
Paulus mengakhiri pembicaraannya dengan sebuah kesimpulan. “Sebab itu kamu harus tahu bahwa keselamatan yang berasal dari Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya” (ay. 28). Dari kesimpulan ini dinyatakan bahwa satu tahap dalam sejarah gereja telah berakhir dan tahap baru dimulai. Para misionaris kristiani tidak lagi akan mewartakan injil pertama-tama kepada orang Yahudi sebelum kepada orang bukan Yahudi. Namun, tahap baru ini tentu saja tidak berarti bahwa Allah menyingkirkan orang Israel dari umat-Nya.
Situasi hidup Paulus di Roma (ay.
30-31)
Lukas
mengakhiri kisahnya dengan menceritakan bahwa Paulus tinggal dua tahun penuh di
rumah yang disewakan oleh orang kristiani Roma. Selama dua tahun ia tetap
dijaga oleh prajurit kaisar. Apa yang terjadi pada diri Paulus setelah dua
tahun? Kita dapat berasumsi bahwa ia dibebaskan. Ada dua alasan yang melandasi
asumsi bahwa Paulus dibebaskan setelah ditahan selama dua tahun.[6] Pertama,
isi dan nada suratnya yang kedua kepada Timotius yang berbicara tentang
penahanan dirinya (2Tim. 1:16-17; 4:11, 16). Kedua, pernyataan tentang
keinginannya untuk mewartakan injil ke Spanyol melalui kota Roma setelah
berkunjung ke Yerusalem untuk membawa sumbangan kepada jemaat miskin di sana
(Rm. 15:23-29).
Terlepas
dari asumsi di atas, kita harus ingat bahwa nasib hidup Paulus setelah ditahan
selama dua tahun di Roma tidak menjadi perhatian Lukas. Apa yang penting bagi
Lukas adalah karya misinya yang terbuka untuk menerima semua orang yang datang
kepadanya, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Ia mewartakan kerajaan Allah
dan Tuhan Yesus Kristus dengan berani dan tanpa rintangan apa-apa baik kepada
orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Keberanian ini dapat dipandang sebagai
pemenuhan janji Yesus (Luk. 21:15-19). Sementara ungkapan “tanpa rintangan
apa-apa” menunjukkan lunaknya sikap penguasa Romawi terhadap karya kerasulan
umat Kristiani. Ungkapan itu juga mengungkapkan keyakinan iman Lukas bahwa
belenggu dan penganiayaan (bdk. 2Tim. 2:9) tidak dapat merintangi penyebaran
injil. Sebaliknya, injil semakin tersebar luas karena seluruh istana dan semua
orang lain mengetahui bahwa Paulus dipenjarakan karena Kristus (bdk. Flp. 1:3).
Tidak
hanya nasib hidupnya setelah ditahan selama dua tahun, tetapi juga kematian
Paulus tidak menjadi pokok perhatian Lukas [7]Hal
ini tentu saja memunculkan sebuah pertanyaan. Mengapa Lukas tidak melukiskan
kematian Paulus? Ada banyak jawaban spekulatif yang ditawarkan seperti yang
dicatat oleh Witherup. Lukas tidak memberitahukan kematian Paulus karena
kisahnya ditulis sebelum Baik surat-surat Paulus maupun Kisah Para Rasul tidak
menyediakan sebuah kisah spesifik tentang kematian Paulus. Namun, tradisi kuno
mengindikasikan bahwa Paulus mati sebagai martir di tangan kaisar Nero di Roma
pada tahun 62-64 M, sekitar tahun yang sama dengan kemartiran Petrus. Tradisi
ini didasarkan pada sumber non-biblis seperti surat pertama Klemens (96 M) kematiannya.
Pendapat
ini tidak meyakinkan karena kebanyakan ahli menempatkan waktu penulisan Kisah
Para Rasul sekitar dua dekade setelah kematian Paulus. Kedua, Lukas tidak
melukiskannya semata-mata karena tidak peduli dengan kematiannya. Pendapat ini
juga kurang meyakinkan karena Lukas begitu tertarik dengan figur Paulus dan
karya misinya sehingga sulit untuk dibayangkan bahwa Lukas tidak mau mengikuti
kisahnya sampai akhir. Ketiga, Lukas memiliki tujuan teologis, yakni melukiskan
bagaimana orang bukan Yahudi menjadi para pendengar sabda dan menunjukkan keberaniannya
dalam mewartakan injil walau menghadapi situasi sulit. Pendapat ini meyakinkan.
BAB
IV
KESIMPULAN
Perjalanan
Paulus dalam kitab Roma merupakan suatu perjalanan yang sangat luar biasa.
Rasul paulus menyambung penjelasannya mengenai metode kerjanya dengan
memberitahukan rencana untuk masa depan .
dalam bagian ini Paulus mengungkapkan niat berkunjung ke Roma. Niat
itulah yang dinyatakan dalam (Roma 1:10-13).
Tetapi disini baru diajukannya permintaan-permintaan berhubungan degan
kunjungan itu. Mengapa baru disini?
Pertama dan terutama sebab makna Permintaan itu baru jelas setelah
paulus menerangkan isi Injil yang diberitakkannya. Sebab yang dimintanya ialah
dukungan jemaat Roma dalam menjalankan pembritaan itu sampai ke ujung bumi dan
menyukseskan kunjungan ke Yerusalem..
Daftar Pustaka
2. Martin Harun, Kamu akan menjadi saksiku: Dua belas langkah
dalam Kisah Para Rasul (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 111.
3. Talbert, Reading Acts, 227.
4. Krodel, Acts, 496.
5. Bdk. Schnabel, Early Christian mission: Paul and the early
Church, 1047.
6. Bdk. Witherup, 101 Questions and Answers on Paul,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar