KEDATANGAN MESIAS YANG KEDUA KALI
Oleh
Jois
Steven Teterissa
MAKALAH
Diserahkan
Kepada :
Bpk.
Jonathan Octovianus S.,D.Th.
Sebagai
Bagian Dari Mata kuliah
TEOLOGI
PERJANJIAN LAMA
Sekolah
Tinggi Teologia Indonesia
Surabaya
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Ratapan mendapat judulnya dari alkitab bahasa latin,
vulganta. Penempatan kitab ini sesudah kitab Yeremia dalam kanon Alkitab
Kristen mencerminkan pengaruh perjanjian Lama bahasa Yunani, Septuaginta , yang
dalam ayat judulnya mengemukakan bahwa syair ini berasal dari nabi Yeremia.
Judul dalam Alkitab Bahasa Ibrani , ‘ekah
diambil dari kata yang pertama 1,2 dan 4. Ungkapan ungkapan sisipan biasanya
biasanya di gunakan dalam garis pembukuan nyanyian pemakaman umat Israel.
Misalnya, dalam Ratapan Daud atas kematian Yonatan, “ betapa gugur para
Pahlawan ( II Samuel 1 : 19 ), dan
nyanian Yesaya yang mencela raja Babilonia, “ Wah, engkau sudah jatuh dari
langit” ( Yes 14: 12 ) .
Kitab ratapan termasuk bagian ketiga dari kanon
Ibrani, yaitu “ Tulisan-Tulisan”. Kitab itu sendiri berada pada urutan ketiga
diantara lima kitab yang merupakan megilot , atau “ Gulungan Kitab yang di
bacakan pada Hari Raya Yahudi” ( yaitu , Kidung Agung , Rut , Ratapan,
Pengkhotbah dan Ester), yang di pergunakan dalam hari raya Yahudi Tertentu.
Kitab Ratapan ditetapkan untuk di baca setiap tahun pada hari kesembilan bulan
Ab, yang merupakan hari perkabungan kehancuran bait suci di Yerusalem ( oleh
orang-orang babilonia pada tahun 587 SM dan oleh tentara-tentara Romawipada
tahun 70 SM).
Kitab Ratapan secara menyeluruh berbentuk syair.
Kelima syair itu sejajar dengan lima pasal kitab tersebut.[1]
BAB II
LATAR BELAKANG KITAB RATAPAN
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah
PL terjemahan Yunani dan Latin "Ratapan Yeremia." PL Ibrani
memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama
Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani,
yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing
dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam
tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari
bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran
kota Yerusalem.
Fakta-fakta
ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan
syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama. Ketandusan Yerusalem digambarkan
demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu
baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu
jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585
SM (lih Yer 41:1-44:30), di mana dia wafat (mungkin
sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali
ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM)[2].
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau
Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk
"lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada
hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani dan Vulgata, kitab Ratapan menyusul
kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya.
Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25
dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di
zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh
kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin
berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9.
Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20,
atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17.
Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang
bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah
menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf
menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu
sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4
kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah
lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa
Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di
Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada tahun.
587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka-
cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan
hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu
kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang
mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan
berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada
hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci.
BAB III
KEDATANGAN MESIAS YANG KEDUA KALI
Kitab Ratapan adalah salah satu bagian dari kitab syair. Kitab Ratapan menceritrakan tentang penghukuman yang dasyat kepada bangsa Israel dan umat manusia karena pemberontakan manusia terhadap Allah sehingga Ia marah terhadap bangsa Israel. Dalam hal ini ada sangkut pautnya dengan kedatangan mesias yang kedua kali dan penghakiman terakhir pada akhir Zaman.
Menurut Tafsiran Alkitab masa kini ada 3 tafsiran penting mengenai kitab Ratapan tentang penghukuman dan kedatangan Mesias kedua kali : 1.Dosa Menimbulkan Penderitaan ( Ratapan 1:8-11): hal-hal yang di singgung dalam ayat 5 sekarang di bicarakan dan dikembangkan, dan nyatanya menjadi salah satu tema pokok dari kitab ini 8 Yerusalem najis adanya karna ia sagat berdosa. Ia tak berfikir akan akhirnya, artinya ia tidak dapat memikirkan akibat-akibat dari tanduk-tanduknya, sampai pada saat sudah terlambat. Peringatan-peringatan yang tak terkira berlalu seperti angin, dan sekarang ia menuai buah-buah kejahatannya. Tapi sementara kesengsaraannya di lukiskan seterang itu, ia di gambarkan di sini seperti sudah mulai berseru kepada Allah, dan seruan-seruannya itu menembus sampai kepad renungan-renungan si penyair ( ayt 9b,11b) 2. Seruan supaya memanggil Nama Allah dengan sungguh ( Ratapan 2:18-22 ) : kota yang menderita tidak hanya di panggil untuk berseru kepada Tuhan ( ay19 ) ,tetapi di sebutkan juga kata-kata yang harus di ucapkan ( ay 20-22 ) teks ayt 18 sangat di ragukan TBI memperbaiki naskah Ibrani sehingga kalimat-kalimatnya cocok dengan jalan kalimat ayt 19, dengan demikian maka keseluruhannya merupakan suatu permohonan dari peratap kepada teman-teman senegrinya, supaya mengubah duka cita mereka menjadi Doa. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasikan pertobatan yang membawa keselamatan ( 2 kor 7:10 ) dan disitulah terletak pengharapan akan kelepasan. 3. Takhta Allah yang kekal ( Ratapan 19-22) pandangan terakhir melihat takhta Allah, yang masih tetap ada, walaupun takhtadinasti Daud sudah diratakan dengan tanah. Hanya pada Allah ada pengharapan bagi umat yang sudah kena pukul ini. Suatu keinginan yangbesar sekali akan pendamaian dan pembaharuan terasa dalam Doa permohonan dalam ay 21. Penderitaan sudah melakukan pekerjaanya, anak yang hilang sudah sadar dengan dirinya, dan bersedia bangun untuk pulang ke Bapakya.[3]
Gambaran nubuat mengenai kerajaan Allah mutlak berdasarkan keputusan Allah.karakteristik pertama dari gambaran Nubuat tentang masa datang ialah bahwa masa itu akan datang karna Allah menghendakinya
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang
sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis,
termasuk
(1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
(2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja
dan kota pada umumnya, dan
(3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak
dibunuh.
"Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam
versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang
nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat
penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini
mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda
karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya
terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat
dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah
benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu
murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap
kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat
itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan
memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah
akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survei
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam
sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan
kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru
kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya
melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua
(pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai
murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda
menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66)
mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah
dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya.
Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair
sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah
pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada
Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya,
masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang
memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf
dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad,
yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari
tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga
_Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan,
juga melaksanakan mencapai dua hal.
(1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap,
meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
(2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk
terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya,
sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem
akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
(1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan
ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas
syair-syair duka.
(2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari
kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian
"Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga
terdiri atas 22 ayat.
(3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa
sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup
menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami
musibah tersebut.
(4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang
kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26).
Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2),
secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk
pemulihan (Rat 5:16-22).
(5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat
(bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19;
Rat 2:1 dengan Mat 5:35;
Rat 3:30 dengan Mat 5:39;
Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
BAB III
Kesimpulan
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki
relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya
Rom 1:18-3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan
kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu
mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan,
keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan
berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita
tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena
mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi
(Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar