LATAR BELAKANG JEMAAT KERETA


Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat
Paulus yang terdapat di dalam Perjanjian Baru. Bersama dengan surat Timotius, surat ini dikategorikan
sebagai surat-surat Pastoral. Dikategorikan
surat pastoral karena surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang
menjalankan tugas sebagai seorang pastor. Secara garis besar surat ini berisi
petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk menanggulangi ajaran
sesat. Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus dalam pekerjaannya. Surat ini
ditujukan kepada Titus yang merupakan teman sekerja Paulus. Titus merupakan seorang
non Yahudi yang menjadi Kristen dan kemudian mengikuti rombongan Paulus.
Paulus juga mengutusnya untuk membantu pelayanannya di Korintus. Dalam surat ini, Titus digambarkan
sebagai orang yang sangat setia. Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh
kepercayaan yang besar kepada Titus. Dalam
perjalanan, Paulus meninggalkan Titus di Kreta dan diberi tugas untuk
membina jemaat-jemaat baru di sana. Selain
ditujukan kepada Titus, surat ini juga ditujukan kepada semua anggota jemaat.
Titus adalah seorang Kristen pada abad pertama yang mempunyai andil cukup
besar dalam memelihara persatuan dan keutuhan dari sidang-sidang jemaat yang
telah berdiri.
Adakalanya, ada saja masalah yang
timbul di sidang Kristen pada abad pertama. Masalah-masalah ini harus
diselesaikan, dan untuk itu, dituntut keberanian dan ketaatan. Salah seorang
pria yang berhasil menghadapi lebih dari satu tantangan demikian adalah Titus.
Sebagai seorang rekan yang bekerja sama dengan rasul Paulus, ia berupaya
sungguh-sungguh membantu orang-orang lain melakukan segala sesuatu menurut cara Yehuwa. Titus benar-benar seorang rekan sekerja yang dapat
diandalkan oleh rasul Paulus dalam hal membantu menjaga kebersihan sidang
Kristen pada abad pertama. Oleh karena itu, Paulus mengatakan kepada
orang-orang Kristen di Korintus bahwa Titus adalah 'rekan sekerja demi
mereka'.—2 Korintus 8:23.
Latar Belakang Masalah Sunat. Titus adalah seorang Yunani yang tidak bersunat.
(Galatia 2:3)* Karena Paulus menyebut dia sebagai "anak yang
sejati menurut iman yang dimiliki bersama, Titus mungkin adalah salah seorang
anak rohani sang rasul. (Titus 1:4; bandingkan 1 Timotius 1:2) Titus menyertai
Paulus, Barnabas, dan beberapa rekan lainnya ke Antiokhia, Siria sewaktu mereka
pergi ke Yerusalem kira-kira pada tahun 49 M untuk membahas pertanyaan tentang
sunat.—Kisah 15:1,2; Galatia 2:1.
Ada pendapat bahwa
karena pertobatan orang-orang kafir yang tidak bersunat sedang dibahas di
Yerusalem, Titus dibawa serta untuk mempertunjukkan bahwa orang Yahudi dan
non-Yahudi dapat memperoleh perkenan Allah tidak soal mereka bersunat atau
tidak. Beberapa mantan orang Farisi yang setelah menerima Kekristenan menjadi
anggota sidang jemaat di Yerusalem berpendapat bahwa orang-orang Kafir yang
bertobat diwajibkan untuk disunat dan menjalankan Hukum, namun argumen ini
ditentang. Memaksa Titus dan orang-orang Kafir lainnya untuk disunat sama saja
dengan menyangkal bahwa keselamatan bergantung pada kebaikan hati Yehuwa yang
tidak selayaknya diterima serta pada iman kepada Yesus Kristus dan bukannya
pada perbuatan-perbuatan Hukum. Hal itu juga sama saja dengan menolak bukti
bahwa orang-orang Kafir, atau orang-orang dari berbagai bangsa, telah menerima
roh kudus Allah.—Kisah 15:5-12.
Titus
diutus ke korintus : Ketika
masalah sunat selesai, Paulus dan Barnabas diberi wewenang penuh untuk mengabar
kepada bangsa-bangsa. Pada waktu yang sama, mereka juga berupaya agar selalu
memperhatikan orang-orang miskin. (Galatia 2:9, 10) Sesungguhnya, ketika Titus
sekali lagi disebutkan dalam catatan terilham kira-kira enam tahun kemudian, ia
berada di Korintus sebagai utusan Paulus untuk mengorganisasi pengumpulan
sumbangan bagi orang-orang kudus. Namun, sewaktu Titus melakukan pekerjaan ini,
ia berada dalam situasi yang menegangkan.
Surat Paulus kepada orang-orang Korintus menyingkapkan
bahwa surat itu pertama-tama ditujukan kepada orang-orang Korintus agar mereka
"berhenti berbaur dengan orang-orang yang melakukan percabulan". Ia
harus memberi tahu mereka untuk mnenyingkirkan para pelaku percabulan dari
tengah-tengah mereka. Ya, Paulus menulis surat yang keras kepada mereka,
melakukannya "dengan banyak air mata". (1 Korintus 5:9-13; 2 Korintus
2:4) Sementara itu, Titus diutus ke Korintus untuk membantu mengumpulkan
sumbangan yang dilakukan di sana bagi orang-orang Kristen Yudea yang
berkekurangan. Kemungkinan, ia juga diutus untuk mengamati tanggapan
orang-orang Korintus terhadap surat Paulus.—2 Korintus 8:1-6.
Bagaimana reaksi orang-orang Korintus terhadap nasihat
Paulus? Karena sangat ingin tahu, Paulus boleh jadi mengutus Titus dari Efesus
menyeberangi Laut Aegea ke Korintus, dengan instruksi untuk sesegera mungkin
memberikan laporan. Jika misi tersebut diselesaikan sebelum pelayaran
dinonaktifkan pada musim dingin (kira-kira pada pertengahan November), Titus
dapat pergi ke Troas dengan kapal atau mengambil rute perjalanan yang lebih
panjang lewat Hellespont. Paulus kemungkinan tiba di tempat pertemuan yang
disepakati di Troas lebih awal, mengingat huru-hara yang dipicu oleh para
perajin perak menyebabkan dia meninggalkan Efesus lebih awal daripada yang
diperkirakan. Oleh karena itu, Paulus mengambil jalan darat dengan harapan
bertemu dengan Titus di perjalanan. Pada waktu itu di daratan Eropa, Paulus mungkin
melewati Via Egnatia, dan akhirnya ia bertemu Titus di Makedonia. Paulus dapat
merasa lega dan bersukacita karena menerima kabar baik dari Korintus. Sidang
itu telah menangani nasihat sang rasul dengan baik.—2 Korintus 2:12, 13; 7:5-7.
Meskipun Paulus bertanya-tanya sambutan macam apa yang akan
diterima utusannya ini, Allah membantu Titus untuk memenuhi penugasannya. Titus
diterima dengan "takut dan gemetar". (2 Korintus 7:8-15) Sesuai
dengan kata-kata komentator bernama W. D. Thomas, "kita dapat beranggapan
bahwa tanpa melemahkan kecaman Paulus, [Titus] berargumen dengan terampil dan
bijaksana di hadapan orang-orang Korintus; meyakinkan mereka bahwa Paulus,
sewaktu menyampaikan kata-katanya ini, hanya memikirkan kesejahteraan rohani
mereka". Seraya waktu berjalan, Titus mulai mengasihi orang-orang Kristen
di Korintus karena sikap mereka yang taat dan perubahan-perubahan positif yang
mereka buat. Sikap mereka yang terpuji telah menjadi sumber anjuran baginya.
Bagaimana dengan aspek lain dari misi Titus ke
Korintus—mengorganisasi pengumpulan sumbangan bagi orang-orang kudus di Yudea?
Titus pun telah mengerjakannya, sebagaimana dapat disimpulkan dari keterangan 2
Korintus. Surat itu kemungkinan ditulis di Makedonia pada musim gugur tahun 55
M, tidak lama setelah Titus dan Paulus bertemu. Paulus menulis bahwa Titus,
yang memprakarsai pengumpulan sumbangan itu, sekarang diutus bersama dua orang
penolong yang tidak disebutkan namanya untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Karena sungguh-sungguh berminat terhadap orang-orang Korintus, Titus sangat
bersedia untuk kembali. Ketika Titus mengadakan perjalanan ke Korintus, agaknya
ia membawakan surat terilham Paulus yang kedua kepada orang-orang Korintus.—2
Korintus 8:6, 17, 18, 22.
Titus bukan saja organisator yang baik, melainkan ia juga
dapat dipercaya untuk mengemban tugas-tugas yang rumit dalam situasi yang
pelik. Ia berani, matang, dan teguh. Pastilah, Paulus menganggap Titus cakap
menghadapi tantangan yang tak henti-hentinya dari "rasul-rasul yang sangat
hebat" dari Korintus. (2 Korintus 11:5) Kesan tentang Titus ini dipertegas
ketika ia kembali disebutkan dalam Alkitab, dalam penugasan berat lainnya
Tugas Titus di Kreta. Kemungkinan,
sekitar tahun 61 dan 64 M, Paulus menulis surat kepada Titus, yang pada waktu
itu melayani di Pulau Kreta di Laut Tengah. Paulus meninggalkan dia di sana
untuk "mengoreksi perkara-perkara yang kurang baik" dan untuk
"menetapkan para tua-tua di kota demi kota". Secara umum, orang Kreta
terkenal sebagai "pendusta, binatang-binatang buas yang merugikan,
orang-orang gelojoh yang menganggur". Oleh karena itu, di Kreta, Titus
lagi-lagi dituntut untuk bertindak dengan berani dan teguh. (Titus 1:5, 10-12)
Tugas itu menuntut tanggung jawab yang besar, karena dapat menentukan
Kekristenan di pulau tersebut. Di bawah ilham, Paulus membantu Titus dengan
memberikan perincian kriteriacslon pengawas. Bahkan sekarang
persyaratan-persyaratan itu masih dijadikan bahan pertimbangan sewaktu hendak
melantik para penatua Kristen.
Alkitab tidak menunjukkan kapan Titus
meninggalkan Kreta. Ia cukup lama berada di sana karena Paulus memintanya untuk
memenuhi kebutuhan Zenas dan Apolos, yang singgah di sana dalam perjalanan pada
waktu yang tidak disebutkan. Tetapi, Titus tidak mungkin terlalu lama berada di
sana. Paulus hendak mengutus Artemas atau Tikhikus ke sana, dan kemudian Titus
diharapkan bertemu dengan sang rasul di Nikopolis, yang kemungkinan besar
adalah kota terkemuka di barat laut Yunani.—Titus 3:12, 13.
Dari rujukan singkat yang terakhir mengenai Titus yang
terdapat dalam Alkitab, kita dapat mengetahui bahwa kira-kira tahun 65 M,
Paulus masih mengutus dia untuk mengemban tugas lain. Penugasan itu membawanya
ke Dalmatia, suatu kawasan di sebelah timur Laut Adriatik, yang sekarang ini
adalah wilayah Kroasia. (2 Timotius 4:10) Alkitab tidak memberi tahu apa tugas
Titus di sana, tetapi ada pendapat bahwa dia diutus untuk mengatur urusan
sidang dan melaksanakan kegiatan utusan injil. Jika demikian halnya, Titus melayani
dalam kapasitas yang serupa seperti tatkala ia di Kreta.
Titus
diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi pemimpin jemaat. Seseorang yang hendak menjadi penatua
maupun pemimpin jemaat haruslah orang yang tidak bercela atau tidak bercacat di
dalam cara hidupnya. Hal ini bukan berarti menuntut seseorang yang sempurna
tetapi menuntut seseorang yang cara hidupnya baik sehingga dapat menjadi
panutan. Syarat kedua yang ditetapkan adalah memiliki satu istri saja. Pada saat itu sering terjadi
poligami ataupun perzinahan. Oleh
karena itu, seorang penatua haruslah dapat menahan nafsunya dan hanya memiliki
satu isteri atau satu suami saja. Kemudian
syarat berikutnya adalah memiliki anak-anak yang beriman. Seseorang hendaknya dapat membina
anaknya dengan baik sebelum membina orang-orang lain atau jemaat. Seorang penatua juga harus rendah
hati, tidak cepat marah, dapat menguasai diri, dapat mendengar orang lain dan
tidak serakah. Penatua adalah
orang yang mengurus pekerjaan Allah. Oleh
karena itu, penatua juga harus dapat bijaksana, saleh, dan menyukai hal-hal
yang baik. Penatua bepegang
kepada firman Tuhan, berkata benar, dan sanggup menasihati
orang berdasarkan ajaran firman Tuhan Titus
perlu mengangkat dan menetapkan syarat-syarat tersebut karena kondisi jemaat di
Kreta saat itu banyak yang memberontak dan mengajarkan ajaran palsu.
Titus diajar mengenai bagaimana
seharusnya kelakuan orang Kristen terhadap pemerintah dan terhadap masyarakat. Orang Kristen haruslah taat kepada
pemerintah dalam segala sesuatu hal yang baik. Dengan demikian mereka dapat dipuji
oleh masyarakat dan nama Yesus dimuliakan. Orang
Kristen dituntut untuk ramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau
menimbulkan perpecahan. Paulus
juga mengingatkan bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata karena kebaikan
kita tetapi karena rahmat Tuhan kepada manusia. [1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar