Senin, 08 Agustus 2016

LATAR BELAKANG JEMAAT KERETA

LATAR BELAKANG JEMAAT KERETA
Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang terdapat di dalam Perjanjian Baru. Bersama dengan surat Timotius, surat ini dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral. Dikategorikan surat pastoral karena surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang menjalankan tugas sebagai seorang pastor. Secara garis besar surat ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk menanggulangi ajaran sesat. Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus dalam pekerjaannya. Surat ini ditujukan kepada Titus yang merupakan teman sekerja Paulus. Titus merupakan seorang non Yahudi yang menjadi Kristen dan kemudian mengikuti rombongan Paulus. Paulus juga mengutusnya untuk membantu pelayanannya di Korintus. Dalam surat ini, Titus digambarkan sebagai orang yang sangat setia. Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar kepada Titus. Dalam perjalanan, Paulus meninggalkan Titus di Kreta dan diberi tugas untuk membina jemaat-jemaat baru di sana. Selain ditujukan kepada Titus, surat ini juga ditujukan kepada semua anggota jemaat.
Titus adalah seorang Kristen pada abad pertama yang mempunyai andil cukup besar dalam memelihara persatuan dan keutuhan dari sidang-sidang jemaat yang telah berdiri.
Adakalanya, ada saja masalah yang timbul di sidang Kristen pada abad pertama. Masalah-masalah ini harus diselesaikan, dan untuk itu, dituntut keberanian dan ketaatan. Salah seorang pria yang berhasil menghadapi lebih dari satu tantangan demikian adalah Titus. Sebagai seorang rekan yang bekerja sama dengan rasul Paulus, ia berupaya sungguh-sungguh membantu orang-orang lain melakukan segala sesuatu menurut cara Yehuwa. Titus benar-benar seorang rekan sekerja yang dapat diandalkan oleh rasul Paulus dalam hal membantu menjaga kebersihan sidang Kristen pada abad pertama. Oleh karena itu, Paulus mengatakan kepada orang-orang Kristen di Korintus bahwa Titus adalah 'rekan sekerja demi mereka'.—2 Korintus 8:23.
            Latar Belakang Masalah Sunat. Titus adalah seorang Yunani yang tidak bersunat. (Galatia 2:3)* Karena Paulus menyebut dia sebagai "anak yang sejati menurut iman yang dimiliki bersama, Titus mungkin adalah salah seorang anak rohani sang rasul. (Titus 1:4; bandingkan 1 Timotius 1:2) Titus menyertai Paulus, Barnabas, dan beberapa rekan lainnya ke Antiokhia, Siria sewaktu mereka pergi ke Yerusalem kira-kira pada tahun 49 M untuk membahas pertanyaan tentang sunat.—Kisah 15:1,2; Galatia 2:1.
Ada pendapat bahwa karena pertobatan orang-orang kafir yang tidak bersunat sedang dibahas di Yerusalem, Titus dibawa serta untuk mempertunjukkan bahwa orang Yahudi dan non-Yahudi dapat memperoleh perkenan Allah tidak soal mereka bersunat atau tidak. Beberapa mantan orang Farisi yang setelah menerima Kekristenan menjadi anggota sidang jemaat di Yerusalem berpendapat bahwa orang-orang Kafir yang bertobat diwajibkan untuk disunat dan menjalankan Hukum, namun argumen ini ditentang. Memaksa Titus dan orang-orang Kafir lainnya untuk disunat sama saja dengan menyangkal bahwa keselamatan bergantung pada kebaikan hati Yehuwa yang tidak selayaknya diterima serta pada iman kepada Yesus Kristus dan bukannya pada perbuatan-perbuatan Hukum. Hal itu juga sama saja dengan menolak bukti bahwa orang-orang Kafir, atau orang-orang dari berbagai bangsa, telah menerima roh kudus Allah.—Kisah 15:5-12.
Titus diutus ke korintus : Ketika masalah sunat selesai, Paulus dan Barnabas diberi wewenang penuh untuk mengabar kepada bangsa-bangsa. Pada waktu yang sama, mereka juga berupaya agar selalu memperhatikan orang-orang miskin. (Galatia 2:9, 10) Sesungguhnya, ketika Titus sekali lagi disebutkan dalam catatan terilham kira-kira enam tahun kemudian, ia berada di Korintus sebagai utusan Paulus untuk mengorganisasi pengumpulan sumbangan bagi orang-orang kudus. Namun, sewaktu Titus melakukan pekerjaan ini, ia berada dalam situasi yang menegangkan.
Surat Paulus kepada orang-orang Korintus menyingkapkan bahwa surat itu pertama-tama ditujukan kepada orang-orang Korintus agar mereka "berhenti berbaur dengan orang-orang yang melakukan percabulan". Ia harus memberi tahu mereka untuk mnenyingkirkan para pelaku percabulan dari tengah-tengah mereka. Ya, Paulus menulis surat yang keras kepada mereka, melakukannya "dengan banyak air mata". (1 Korintus 5:9-13; 2 Korintus 2:4) Sementara itu, Titus diutus ke Korintus untuk membantu mengumpulkan sumbangan yang dilakukan di sana bagi orang-orang Kristen Yudea yang berkekurangan. Kemungkinan, ia juga diutus untuk mengamati tanggapan orang-orang Korintus terhadap surat Paulus.—2 Korintus 8:1-6.
Bagaimana reaksi orang-orang Korintus terhadap nasihat Paulus? Karena sangat ingin tahu, Paulus boleh jadi mengutus Titus dari Efesus menyeberangi Laut Aegea ke Korintus, dengan instruksi untuk sesegera mungkin memberikan laporan. Jika misi tersebut diselesaikan sebelum pelayaran dinonaktifkan pada musim dingin (kira-kira pada pertengahan November), Titus dapat pergi ke Troas dengan kapal atau mengambil rute perjalanan yang lebih panjang lewat Hellespont. Paulus kemungkinan tiba di tempat pertemuan yang disepakati di Troas lebih awal, mengingat huru-hara yang dipicu oleh para perajin perak menyebabkan dia meninggalkan Efesus lebih awal daripada yang diperkirakan. Oleh karena itu, Paulus mengambil jalan darat dengan harapan bertemu dengan Titus di perjalanan. Pada waktu itu di daratan Eropa, Paulus mungkin melewati Via Egnatia, dan akhirnya ia bertemu Titus di Makedonia. Paulus dapat merasa lega dan bersukacita karena menerima kabar baik dari Korintus. Sidang itu telah menangani nasihat sang rasul dengan baik.—2 Korintus 2:12, 13; 7:5-7.
Meskipun Paulus bertanya-tanya sambutan macam apa yang akan diterima utusannya ini, Allah membantu Titus untuk memenuhi penugasannya. Titus diterima dengan "takut dan gemetar". (2 Korintus 7:8-15) Sesuai dengan kata-kata komentator bernama W. D. Thomas, "kita dapat beranggapan bahwa tanpa melemahkan kecaman Paulus, [Titus] berargumen dengan terampil dan bijaksana di hadapan orang-orang Korintus; meyakinkan mereka bahwa Paulus, sewaktu menyampaikan kata-katanya ini, hanya memikirkan kesejahteraan rohani mereka". Seraya waktu berjalan, Titus mulai mengasihi orang-orang Kristen di Korintus karena sikap mereka yang taat dan perubahan-perubahan positif yang mereka buat. Sikap mereka yang terpuji telah menjadi sumber anjuran baginya.
Bagaimana dengan aspek lain dari misi Titus ke Korintus—mengorganisasi pengumpulan sumbangan bagi orang-orang kudus di Yudea? Titus pun telah mengerjakannya, sebagaimana dapat disimpulkan dari keterangan 2 Korintus. Surat itu kemungkinan ditulis di Makedonia pada musim gugur tahun 55 M, tidak lama setelah Titus dan Paulus bertemu. Paulus menulis bahwa Titus, yang memprakarsai pengumpulan sumbangan itu, sekarang diutus bersama dua orang penolong yang tidak disebutkan namanya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Karena sungguh-sungguh berminat terhadap orang-orang Korintus, Titus sangat bersedia untuk kembali. Ketika Titus mengadakan perjalanan ke Korintus, agaknya ia membawakan surat terilham Paulus yang kedua kepada orang-orang Korintus.—2 Korintus 8:6, 17, 18, 22.
Titus bukan saja organisator yang baik, melainkan ia juga dapat dipercaya untuk mengemban tugas-tugas yang rumit dalam situasi yang pelik. Ia berani, matang, dan teguh. Pastilah, Paulus menganggap Titus cakap menghadapi tantangan yang tak henti-hentinya dari "rasul-rasul yang sangat hebat" dari Korintus. (2 Korintus 11:5) Kesan tentang Titus ini dipertegas ketika ia kembali disebutkan dalam Alkitab, dalam penugasan berat lainnya

Tugas Titus di Kreta.  Kemungkinan, sekitar tahun 61 dan 64 M, Paulus menulis surat kepada Titus, yang pada waktu itu melayani di Pulau Kreta di Laut Tengah. Paulus meninggalkan dia di sana untuk "mengoreksi perkara-perkara yang kurang baik" dan untuk "menetapkan para tua-tua di kota demi kota". Secara umum, orang Kreta terkenal sebagai "pendusta, binatang-binatang buas yang merugikan, orang-orang gelojoh yang menganggur". Oleh karena itu, di Kreta, Titus lagi-lagi dituntut untuk bertindak dengan berani dan teguh. (Titus 1:5, 10-12) Tugas itu menuntut tanggung jawab yang besar, karena dapat menentukan Kekristenan di pulau tersebut. Di bawah ilham, Paulus membantu Titus dengan memberikan perincian kriteriacslon pengawas. Bahkan sekarang persyaratan-persyaratan itu masih dijadikan bahan pertimbangan sewaktu hendak melantik para penatua Kristen.
Alkitab tidak menunjukkan kapan Titus meninggalkan Kreta. Ia cukup lama berada di sana karena Paulus memintanya untuk memenuhi kebutuhan Zenas dan Apolos, yang singgah di sana dalam perjalanan pada waktu yang tidak disebutkan. Tetapi, Titus tidak mungkin terlalu lama berada di sana. Paulus hendak mengutus Artemas atau Tikhikus ke sana, dan kemudian Titus diharapkan bertemu dengan sang rasul di Nikopolis, yang kemungkinan besar adalah kota terkemuka di barat laut Yunani.—Titus 3:12, 13.
Dari rujukan singkat yang terakhir mengenai Titus yang terdapat dalam Alkitab, kita dapat mengetahui bahwa kira-kira tahun 65 M, Paulus masih mengutus dia untuk mengemban tugas lain. Penugasan itu membawanya ke Dalmatia, suatu kawasan di sebelah timur Laut Adriatik, yang sekarang ini adalah wilayah Kroasia. (2 Timotius 4:10) Alkitab tidak memberi tahu apa tugas Titus di sana, tetapi ada pendapat bahwa dia diutus untuk mengatur urusan sidang dan melaksanakan kegiatan utusan injil. Jika demikian halnya, Titus melayani dalam kapasitas yang serupa seperti tatkala ia di Kreta.
Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi pemimpin jemaat. Seseorang yang hendak menjadi penatua maupun pemimpin jemaat haruslah orang yang tidak bercela atau tidak bercacat di dalam cara hidupnya. Hal ini bukan berarti menuntut seseorang yang sempurna tetapi menuntut seseorang yang cara hidupnya baik sehingga dapat menjadi panutan. Syarat kedua yang ditetapkan adalah memiliki satu istri saja.  Pada saat itu sering terjadi poligami ataupun perzinahan. Oleh karena itu, seorang penatua haruslah dapat menahan nafsunya dan hanya memiliki satu isteri atau satu suami saja. Kemudian syarat berikutnya adalah memiliki anak-anak yang beriman. Seseorang hendaknya dapat membina anaknya dengan baik sebelum membina orang-orang lain atau jemaat. Seorang penatua juga harus rendah hati, tidak cepat marah, dapat menguasai diri, dapat mendengar orang lain dan tidak serakah. Penatua adalah orang yang mengurus pekerjaan Allah. Oleh karena itu, penatua juga harus dapat bijaksana, saleh, dan menyukai hal-hal yang baik. Penatua bepegang kepada firman Tuhan, berkata benar, dan sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran firman Tuhan  Titus perlu mengangkat dan menetapkan syarat-syarat tersebut karena kondisi jemaat di Kreta saat itu banyak yang memberontak dan mengajarkan ajaran palsu.
Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen terhadap pemerintah dan terhadap masyarakat. Orang Kristen haruslah taat kepada pemerintah dalam segala sesuatu hal yang baik. Dengan demikian mereka dapat dipuji oleh masyarakat dan nama Yesus dimuliakan. Orang Kristen dituntut untuk ramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau menimbulkan perpecahan. Paulus juga mengingatkan bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata karena kebaikan kita tetapi karena rahmat Tuhan kepada manusia. [1]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar